Mohon tunggu...
Suryo Panuluh
Suryo Panuluh Mohon Tunggu... -

Semurni Tauhid, Setinggi Ilmu, Sepandai Siasat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melamar Kerja Sebagai Raja

20 April 2010   00:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:42 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_122086" align="aligncenter" width="120" caption="www.ency.tcv.pl/id/wiki/Raja-Raj..._II.html"][/caption]

Ijinkan saya untuk melamar pekerjaan menjadi Raja menggantikan Kanjeng Sinuhun Paku Buwana XII, kalimat itu sering kali muncul dalam benak ketika menyaksikan dua Putra Sinuhun Paku Buwana XII berebut kekuasaan di Kraton Surakarta. Saat ini yang tertua bergelar Paku Buwana XIII Hangabehi dan adiknya bergelar Paku Buwana XIII Tedjowulan, dapat dikatakan saat ini ada raja kembar di Kraton Surakarta.

Bagi saya lamaran ini adalah hal yang lumrah saja untuk dilakukan karena dalam sejarahnya telah berulang kali hal ini terjadi seperti halnya ketika Damar Wulan, Hadiwijaya, dan Sutawijaya memenangi sayembara yang diadakan oleh Raja yang berkuasa. Seperti halnya prosesi sayembara sebelumnya yang ditandai oleh pernyataan Raja bahwa beliau adalah Ratu Wekasan atau raja terakhir, situasi yang terjadi sekarang juga sama yaitu ketika Paku Buwana XII mengeluarkan pernyataan bahwa beliau adalah Ratu Mataram ingkang Wekasan (Raja Mataram terakhir).

Tanda – tanda diadakannya sayembara ini terlihat dari di tancapkannya salah satu pusaka Kraton di tengah – tengah halaman Kraton, yang hanya bisa dilakukan oleh para pemangku Kraton. Namun karena perhitungan akan rusak dan hilang dicuri orang, maka pusaka ini kembali disimpan, tetapi pada hakikatnya sayembara tersebut masih belum dicabut selama belum ada Raja baru yang berkuasa.

Mungkin Kanjeng Sinuhun Paku Buwana XII saat itu telah memprediksi bahwa nantinya tidak ada dari satupun putranya yang mewarisi wahyu Kraton, wahyu yang selama ini selalu dihubungkan dengan proses pemindahan kekuasaan tertinggi di Kasunanan Surakarta sehingga beliau mengadakan sayembara tersebut. Bisa jadi karena beliau telah melihat bahwa Pulung Kraton telah berpindah tempat, mungkin saja keluar dari kalangan kerabatnya dan pergi jauh entah kemana atau masih berada di dalam kalangan kerabatnya sendiri tetapi masih belum bersedia memunculkan diri. Seperti diketahui bahwasanya selain putra – putra beliau, masih ada orang lain yang berhak untuk menduduki tahta Kraton yaitu dari pihak Mangkunegaran yang masih kerabatnya dan sama – sama keturunan Raja Mataram.

Jika ditinjau dari ramalan – ramalan Jawa, disebutkan bahwasanya akan ada masa dimana gabus akan tenggelam dan watu item (batu hitam) akan mengambang. Peristiwa seperti ini sudah pernah terjadi beberapa kali. Contohnya adalah kisah Damar Wulan yang hanya seorang abdi di Kepatihan, kemudian Hadiwijaya adalah seorang pemuda yang berasal dari sekitar aliran Bengawan Solo, dan terakhir Sutawijaya yang merupakan anak keturunan orang desa, meskipun dari ketiganya jika diurut lebih panjang lagi masih memiliki silsilah dari garis keturunan bangsawan. Sehingga dapat ditarik garis lurus bahwa pemenang dari tiap sayembara yang pernah diadakan sebelumnya datang dari kalangan bawah atau rakyat yang dilambangkan dengan mengambangnya batu hitam tadi. Kemungkinan – kemungkinan tersebut masih bisa terjadi pada konteks sekarang ini, bisa saja akan muncul Ratu baru dari kalangan yang selama ini terlupakan yaitu dari rakyat atau kawula.

Kraton dalam era modern sekarang ini berfungsi sebagai juru lestari budaya dan bukan lagi sebagai pemegang kekuasaan seperti masa – masa kolonial dan masa – masa sebelumnya. Pihak Kraton adalah pewaris langsung budaya Jawa yang secara turun – temurun diwariskan langsung dari sumbernya. Mulai dari keberadaan keris, tari – tarian, sastra, gendhing Jawa, arsitektur bangunan yang mengatur tata letak ruang dan lain sebagainya adalah warisan budaya yang selama ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dari Kraton. Kraton menyimpan benda – benda budaya yang telah ada jauh hari sebelum Kraton itu sendiri berdiri.

Fenomena lunturnya wibawa Kraton Kasunanan Surakarta saat ini semakin terlihat dengan jelas terutama jika dilihat dari sisi pengaruh Raja kepada rakyatnya pasca berdaulatnya pemerintahan republik ini. Kalau pada masa lalu perintah Raja adalah undang – undang yang wajib ditaati, maka pada masa sekarang hal tersebut sudah tidak berlaku lagi karena Rakyat telah menemukan pemimpin mereka yang lain. Membandingkan pamor Kraton Surakarta dengan Kraton Yogyakarta, pamor Kraton Yogyakarta jauh lebih terang, dan jika dilihat dari segi pengaruh bagi rakyat Yogyakarta Raja adalah sosok yang masih sangat dihormati, hal ini dapat dilihat pada proses pemilihan Gubernur DIY yang mengantarkan Hamengku Buwana XI ke kursi Gubernur DIY.Jika ditinjau dari sejarahnya, Kraton Surakarta adalah Kraton Mataram dalam urutan pertama,yang mana Pakubuwana adalah Raja I, Hamengku Buwana adalah Raja II, dan Mangkunegara adalah Raja III. Akan tetapi fenomena sekarang ini telah terbalik, justru Hamengku Buwana adalah Raja I.

Melihat terjadinya perpecahan internal dan fenomena tersebut, timbul kekhawatiran akan kelestarian budaya Jawa yang Adi Luhung. Sementara mereka berkonflik dikhawatirkan akan ada yang terlupakan yaitu kelestarian warisan budaya tersebut. Ditengah era globalisasi dunia dimana arus informasi dengan sangat mudah diakses, dengan demikian budaya dari manapun akan dengan mudah masuk ke negara ini, bukan tidak mungkin suatu saat nanti kebudayaan Jawa akan tersisihkan di tengah – tengah orang Jawa itu sendiri akibat dari tidak rukunnya pemangku Kraton sebagai juru lestari budaya Jawa. Jadi jangan heran jika kemudian muncul orang – orang yang menaruh perhatian lebih kepada budaya Jawa yang meminta warisan budaya tersebut diserahkan kepada mereka.

Pustaka: AM Hadisiswoyo Filosofi Wahyu Keraton, Wikipedia, sumber tutur tinular

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun