I. Pendahuluan
Arkeologi maritim merupakan cabang ilmu arkeologi yang berfokus pada studi aktivitas manusia di lingkungan laut melalui peninggalan fisik, seperti kapal karam, pelabuhan kuno, dan artefak lainnya. Studi ini mencakup analisis sejarah, teknologi, dan budaya masyarakat yang berkaitan erat dengan laut sebagai pusat kehidupan mereka. Meskipun sering kali dianggap serupa, arkeologi maritim memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan arkeologi bawah air, yang hanya berfokus pada situs-situs yang terendam air, serta arkeologi pesisir yang menitikberatkan pada interaksi manusia dengan wilayah pantai.
Pengelolaan arkeologi maritim memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga nilai-nilai sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan. Situs-situs arkeologi maritim tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban manusia di laut tetapi juga sumber informasi penting untuk memahami hubungan manusia dengan laut dari masa ke masa. Selain itu, pelestarian warisan budaya maritim menjadi upaya strategis untuk melindungi identitas budaya bangsa sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga sejarah yang tersembunyi di bawah gelombang.
II. Potensi Arkeologi Maritim di Indonesia
A. Kekayaan Sejarah Maritim Indonesia
 Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia telah lama dikenal sebagai pusat perdagangan maritim internasional. Letaknya yang strategis di antara dua samudra dan dua benua menjadikan perairan nusantara jalur penting dalam perdagangan dunia, khususnya selama era Jalur Rempah-rempah. Sejak ribuan tahun lalu, kapal-kapal dari berbagai belahan dunia, seperti Tiongkok, India, Arab, hingga Eropa, berlabuh dan berlayar melintasi perairan Indonesia. Jalur ini tidak hanya membawa barang dagangan tetapi juga budaya, agama, dan teknologi, yang kemudian membentuk identitas masyarakat pesisir Indonesia.
Jejak sejarah ini meninggalkan banyak peninggalan yang tersembunyi di dasar laut, mulai dari kapal karam hingga pelabuhan kuno. Kapal-kapal karam yang ditemukan di Laut Jawa, misalnya, membawa muatan seperti keramik Tiongkok, rempah-rempah, dan logam mulia, yang menggambarkan bagaimana Indonesia menjadi pusat perdagangan dunia. Di kawasan Maluku, yang dikenal sebagai "kepulauan rempah-rempah," peninggalan pelabuhan kuno mencerminkan pentingnya wilayah ini sebagai pemasok utama cengkih dan pala bagi pasar global. Sementara itu, di pesisir Sumatra, ditemukan struktur pelabuhan kuno yang berperan dalam perdagangan antara Nusantara dan kerajaan-kerajaan besar di Asia Selatan.
Penemuan-penemuan ini menjadi bukti betapa kayanya sejarah maritim Indonesia. Kekayaan tersebut tidak hanya berharga bagi penelitian akademik tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sektor pariwisata budaya maritim yang berkelanjutan, memperkuat identitas nasional sebagai bangsa maritim.
B. Keanekaragaman Warisan Budaya Maritim
 Indonesia tidak hanya menyimpan harta karun berupa artefak fisik di dasar laut, tetapi juga memiliki tradisi budaya maritim yang hidup hingga saat ini. Salah satu warisan paling ikonis adalah kapal tradisional Pinisi dari Sulawesi Selatan. Kapal ini telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, sebuah penghargaan yang menegaskan keunggulan teknologi dan seni pembuatan kapal oleh masyarakat Bugis-Makassar. Dengan desain yang efisien dan estetis, Pinisi mencerminkan kemampuan pelaut Nusantara dalam mengarungi samudra yang luas, bahkan hingga mencapai wilayah-wilayah yang jauh seperti Australia dan Afrika.
Selain Pinisi, tradisi pembuatan kapal di daerah lain seperti Jong di Riau atau Sandeq di Sulawesi Barat juga menunjukkan keanekaragaman budaya maritim Indonesia. Warisan ini tidak hanya berupa teknologi tetapi juga nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi, seperti keberanian, kerja sama, dan kearifan lokal dalam menghadapi tantangan alam.
Di samping itu, banyak artefak dan struktur bawah air lainnya yang tersebar di seluruh perairan nusantara. Misalnya, jangkar kapal kuno, meriam dari era kolonial, hingga pecahan gerabah dari berbagai zaman. Artefak-artefak ini memberikan gambaran mendalam tentang pola perdagangan, konflik, dan interaksi budaya di masa lampau. Bahkan, di beberapa lokasi, ditemukan kota-kota pesisir yang kini tenggelam akibat perubahan muka air laut, membuka peluang untuk penelitian yang lebih luas tentang perubahan lingkungan dan dampaknya terhadap peradaban manusia.
Dengan keanekaragaman warisan budaya maritim ini, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat penelitian arkeologi maritim dunia. Pemanfaatan potensi ini, jika dikelola dengan baik, dapat meningkatkan citra Indonesia sebagai negara maritim yang tidak hanya kaya akan sumber daya alam tetapi juga kaya akan sejarah dan budaya. Selain itu, warisan ini juga berperan penting dalam membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan ekosistem laut sebagai bagian dari identitas nasional.