Dalam dunia teknologi yang tidak pernah berhentik berinovasi lebih maju dan tidak terbatas. Apa yang dapat kamu pikirkan jika kalian bisa melihat apa yang ada di dalam diri kamu secara interaktif dengan sebuah teknologi?
Perkembangan teknologi dalam dunia Kesehatan telah membawa banyak revolusi signifikan, salah satunya di bidang radiologi. Dalam perkembangannya, radiologi terus berinovasi untuk memberikan hasil diagnosis yang lebih akurat dan cepat. Di era digital saat ini, pencitraan tiga dimensi (3D) dan virtual reality (VR) menjadi sorotan utama dalam meningkatkan kualitas layanan Kesehatan. Pencitraan 3D memunkinkan dokter melihat anatomi tubuh manusia secara lebih rinci, sementara VR membuka peluang baru dalam pendidikan medis dan simulasi perenacanaan operasi. Dengan kombinasi teknologi ini, masa depan radiologi mejadi lebih menjajikan, terutama dalam hal akurasi, efisiensi, dan pengalaman pasien yang lebih baik.
1. Peningkatan Akurasi Diagnosis dengan Pencitraan 3D
Salah satu inovasi terbesar dalam radiologi modern adalah penggunaan teknologi pencitraan tiga dimensi (3D). Berbeda dengan metode pencitraan konvensional yang hanya memberikan gambaran dua dimensi, pencitraan 3D memberikan visualisasi yang lebih mendetail dan mendalam. Teknologi ini sangat bermanfaat dalam perencanaan pra-operasi, terutama di bidang bedah saraf dan ortopedi.
Dalam bidang Ultrasonografi (USG), pencitraan 3D berperan dalam memberikan tampilan yang lebih komprehensif tentang janin, terutama ekspresi wajah. Ketika AI dimasukkan ke dalam analisis ultrasonografi 3D, manfaatnya sangat banyak. Salah satu keuntungan utamanya adalah kemampuan untuk meningkatkan kualitas dan resolusi gambar, memungkinkan visualisasi fitur wajah janin yang lebih jelas dan presisi. Integrasi AI ini juga memungkinkan melihat ciri-ciri bibir sumbing hingga down syndrome pada bayi.
Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh PubMed, pencitraan 3D memungkinkan dokter untuk memetakan struktur tubuh pasien secara lebih akurat sebelum melakukan tindakan medis. Dalam operasi bedah saraf, misalnya, dokter dapat memvisualisasikan tumor atau kelainan di otak dengan lebih jelas, sehingga risiko kesalahan diagnosis dapat diminimalkan. Selain itu, pencitraan 3D juga digunakan dalam prosedur intervensi minimal invasif, seperti kateterisasi jantung dan biopsi kanker, yang membutuhkan presisi tinggi.
Teknologi ini juga mempermudah komunikasi antara dokter dan pasien. Dengan bantuan gambar 3D, dokter dapat menjelaskan kondisi medis pasien dengan lebih mudah dan jelas, sehingga pasien dapat memahami kondisi mereka dengan lebih baik dan mengambil keputusan yang lebih tepat terkait perawatan mereka.
2. Penggunaan Virtual Reality dalam Pendidikan Kedokteran dan Perencanaan Operasi
Virtual reality (VR) telah menjadi alat yang sangat berguna dalam dunia pendidikan kedokteran. VR memungkinkan mahasiswa kedokteran dan tenaga medis untuk memvisualisasikan anatomi manusia dalam bentuk tiga dimensi yang interaktif, tanpa harus melakukan pembedahan langsung pada tubuh manusia. Penggunaan VR lebih disukai karena beberapa alasa seperti kekurangan pelatih, pengurangan waktu pelatihan dan beberapa isu dari prosedur pembedahan. Untuk membantu dari permasalahan diatas beberapa Solusi sudah diimplementasikan seperti da Vinci Skills Simulator dan LAP mentor VR Laparoscopic surgical simulator.