Pendidikan anak usia dini dalam menghargai seseorang dimulai dari bagaimana cara dia dalam menghargai suatu permainan. Fenomena tersebut telah dikembangkan oleh Piaget (1945), dimana Piaget menjelaskan bahwa tingkat perkembangan moral serta tindakan yang lebih dahulu berkembang, sebelum penalaran moral otonom dan heteronom. Anak usia dini mulai belajar dalam membantu orang lain setelah hari kelahiran pertama mereka, dimana bentuk bantuan paling awal bagi anak-anak muncul sejak usia 14 bulan. Bantuan tersebut sering disebut dengan bantuan instrumental, karena bantuan yang ditawarkan membantu orang dewasa seperti membuka pintu dan mengambilkan barang jatuh (Dunfield et al., 2011). Dalam banyaknya model perilaku sosial konvensional, bentuk pertolongan yang ditawarkan anak-anak seringkali dikaitkan dengan keterampilan dalam pemahaman emosi dan proses melihat sudut pandang lain. Namun, menurut Paulus (2014) dalam perkembangnnya bantuan awal dapat muncul lebih dahulu dibaningkan dengan pemahaman sosial emosional yang kompleks, dan karakteristik individu yang berbeda.
Pemahaman mengenai peran bermain dalam masa perkembangan anak usia dini dapat dikaji dari sudut pandang teori Piaget. Mari kita simak bagaimana perkembangan teori Piaget dan betapa pentingnya peran bermain dalam proses perkembangan anak usia dini!
Play atau bermain menjadi salah satu istilah yang digunakan sebagai arti dari kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi individu yang melakukannya. Kegiatan ini dilakukan secara cuma-cuma atau sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Piaget (1945), menjelaskan bahwa bermain merupakan kegiatan secara berulang hanya untuk memberikan kesenangan fungsional, dan tidak memiliki hasil akhir dalam kegiatan tersebut karena peraturan sepenuhnya dimiliki oleh pemain.
Mutiah (2010), menyampaikan dalam penelitiannya bahwa proses belajar yang dilakukan anak-anak dapat melalui permainan. Proses bermain yang dialami oleh anak-anak baik dengan bantuan media serta dukungan orang dewasa dapat menjadikan tumbuh kembang mereka lebih optimal. Pendapat tersebut juga selaras dengan Soetjiningsih (1998) yang menjelaskan bahwa bermain merupakan salah satu aspek penting dalam proses perkembangan anak baik secara mental, intelektual, fisik, serta emosionalnya. Permainan yang dilakukan oleh anak usia dini cenderung mengarah pada permainan aktif atau permainan yang menimbulkan banyak pergerakan, seperti mengecat tembok atau bermain dengan playdough.
Tahapan Bermain pada AnakÂ
Tahapan bermain anak bergantung pada usia mereka, kondisi tersebut sejalan dengan berkembangnya perilaku kognitif anak. Jean Piaget memaparkan tingkatan bermain pada anak usia dini adalah sebagai berikut:
- Permainan sensor motorik (3/4 bulan - 1/2 tahun)
Permainan sensori motorik diberikan pada anak mulai dari usia 3-4 bulan, dimana gerakan yang dilakukan oleh anak usia dini tersebut masih belum dapat dikelompokkan dalam bermain. Perilaku atau kegiatan yang dilakukan oleh anak usia dalam kelompok ini hanya karena suatu pengulangan (reproductive assimilation) dan kelanjutan kesenagan yang didapatkannya. Kegiatan ini menjadi bekal dalam kegiatan bermain pada tahap perkembangan berikutnya.
Memasuki usia 7-11 bulan kegiatan yang dilakukan bukan menjadi suatu pengulangan saja, dimana anak dalam usia tersebut sudah mulai menemukan kegiatan lain atau variasi lain dalam kegiatannya, contohnya melihat dibalik bantal. Percobaan aktif biasanya mulai muncul ketika anak berada pada usia 18 bulan, seperti bermain dengan alat permainannya (Hammond, 2014).
- Permainan simbolik (2-7 tahun)
Usia 2-7 tahun sudah mulai melakukan permainan simbolik, dimana masa permainan ini biasanya didukung dengan anak usia dini yang seringkali mengajukan pertanyaan serta mencoba hal baru. Anak pada usia ini juga sudah mulai menggunakan benda sebagai bentuk simbolik, contohnya sapu digunakan sebagai permainan kuda. Hal tersebut sebagai bentuk asimilasi dan penggabungan dari pengalaman emosional anak  (Wood & Hedges, 2016).