Remaja banyak mengambil kesempurnaan penampilan dan tolak ukur kehidupan dari media sosial sebagai role model (Kumar dan Jan, 2017). Penelitian Gorman (2015), telah menunjukkan bahwa anorexia atau gangguan makan pada seseorang disebabkan oleh penampilan tubuh yang negatif atau pandangan pada harga diri yang rendah. Impresi seseorang dalam tubuh dapat diartikan sebagai perasaan yang muncul pada seseorang mengenai tubuhnya. Ketidakpuasan yang muncul pada tubuh merupakan suatu pikiran negatif yang muncul akibat adanya suatu pengalaman sosial, seperti telah melihat konten di media sosial dengan kolom komentar yang negatif (Gorman, 2015). Penelitian Gaffney et al. (2017), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara media sosial dengan perkembangan gangguan makan hingga anorexia pada remaja. Anorexia merupakan suatu kelainan makan secara serius, dimana gangguan tersebut dapat mengancam penderitanya akibat tidak makan dalam kurun waktu yang ekstrem sehingga menurunkan berat badan secara berlebihan (Grison dan Gazaniga, 2019).
Gambaran tubuh seseorang terbentuk dari bagaimana suatu individu tersebut mendifinisikan tubuh itu sendiri. Seseorang yang puas akan kondisi tubuhnya merupakan aspek penting yang mendasari gambaran tubuh, hal tersebut karena preferensi seseorang mengenai karakteristik tubuh berbeda-beda. Akibat preferensi tubuh yang berbeda tersebut, dapat meningkatkan pemikiran remaja mengenai cara untuk mengubah bentuk tubuhnya dan menghindari adanya penilaian negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Latzer et al. (2015), menjelaskan bahwa anoreksia memiliki korelasi yang signifikan dengan penggunaan atau paparan media sosial yang tinggi, dimana paling banyak adalah karena adanya paparan instagram dan youtube. Penelitian tersebut dilakukan dengan jumlah partisipan sebanyak 248 remaja berusia 12-19 tahun. Penderia anoreksia seringkali membuat konstruksi dalam pikiran bahwa makanan adalah suatu kegiatan yang tidak menyenangkan, sehingga termasuk dalam eating disorder (penyakit kelainan makan) (Grison dan Gazaniga, 2019).
Penderita anoreksia cenderung memiliki ketakutan yang berlebih karena membuat serta memiliki persepsi yang menyimpang mengenai bagaimana mereka melihat dan merasakan kebutuhan agar dapat menurunkan berat badan, sehingga kesehatan yang dimiliki menjadi resikonya. Penelitian lain menunjukkan bahwa remaja yang aktif dalam media sosial cenderung ingin tampil menarik, kondisi tersebut yang mendorong mereka agar dapat memiliki tubuh seperti idola yang dilihat pada media sosial karena beranggapan role modelnya memiliki tubuh yang sempurna. Penelitian Quetteina et al. (2019), mengkonfirmasi bahwa pemakaian sosial media secara intens, terutama instagram positif berkaitan dengan peningkatakan eating disorder atau anoreksia di kalangan remaja.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pemakaian atau penggunaan media sosial secara intens memiliki pengaruh yang positif atau signifikan terhadap eating disorder salah satunya anoreksia, terutama pada penggunaan media sosial instagram. Kondisi tersebut terjadi karena tercipatanya pemikiran negatif pada remaja setelah melihat role model yang ada di sosial media dan merasa tidak dapat menyerupai role modelnya. Media sosial juga memiliki pengaruh terhadap anorexia, karena terciptanya lingkungan yang tidak sehat pada penggunanya mengenai pandangan pencitraan tubuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H