Salam,
Kepada dunia busuk
Penuh dengan Kebohongan
Perkenalkan,
Kaum unik yang kerap dihiraukan
Dihina, dicibir
Najis dan jijik
Kata sehari-hari yang sering kami dengarkan
Dari belakang
Mereka bilang,
Kami tak normal
Amoral
Hingga kelainan seksual
Mereka menutup mata
Seolah kami jelata yang hina
Menatap kami dengan iba
Seperti kami “berbeda”
Hanya sedikit yang mengerti
Mengapa kami dapat begini
Sesak dipikul hati
Namun hidup harus tetap berlari
Simpati kalian hanya kiasan
Dibelakang kalian memberikan pukulan
Pukulan cibiran
Yang amat dalam
Kami sadar,
Status sosial kami tidak berlaku
Di negeri yang beragama ini
Sejumlah dalil dan ayat dikeluarkan
Untuk menolak kami yang kalian hiraukan
Kebebasan berekspresi telah pergi
Sejak kami mendeklarasikan diri
Tidak perduli
Menjadi kunci utama untuk menahan diri
Tebal telinga
Tebal wajah
Tak usah kau kaitkan diri dengan orang tua kami
Keluarga tidak gagal dalam mendidik diri
Hey Bangsat,
Hey Keparat,
Kaum unik tetap memiliki harga diri
Nurani kami tetap hadir
Karena itu harga mati
Tak usah memberi madu kepada telinga
Jika dibelakang menabur racun hingga mulut berbusa
Diri ku bukanlah diri mu,
Begitu juga sebaliknya
Enyahlah,
Biar kaum unik ini berekspresi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H