Berada pada dua garis
Antara penyesalan dan pelampiasan
Dimana Hawa menjadi objek merana
Nestapa, tiada tara
Lantang ku merobek Gua
Henyap ku menusuk Bumi
Tak ada yang tahu
Bersembunyi dibalik senyum bertemu canda
Tertinggal dalam sebuah kisah pembusukan hati
Namun jauh disana, Lantang-ku masih tertatih
Berlari, meninggalkan posisi yang sudah tiada arti
Apa daya hati yang tak dapat diselami?
Membekas seumur hidup
Membuat semesta semakin redup
Pilu merajai abadi
Hanya Hawa penghibur diri
Tak ada rotan akar pun jadi
Tak ada kamu, dia pun jadi
Tidak ada kasih tulus bak merpati
Hanya bercinta pemuas diri
Tiga pagi. Terjaga sebab penyesalan di hati
Mengkhianati janji kepada diri sendiri
Tapi ini nikmat bukan? Walau sementara
Kecup manja kepada dia
Dia yang bukan siapa-siapa
Hubungan yang hanya sebatas ranjang
Siapa sangka berlangsung panjang
Kekasih dijaga setengah mati
Tapi siapa sangka kalau wanita lain dihabisi
Bercinta seperti akan mati
Sambil berparau "rasanya seperti pertama kali"
Pepatah bersua
Penyesalan datang terakhir
Sementara pelampiasan
Datang dikala akal tak digunakan
Kepahitan dan kenikmatan
Berkunjung disaat yang bersamaan
Pergumulan terus membuntuti
Berlari mengejar diri hingga mati
Tidak perduli...
Ketika Hawa menangis menuntut cinta sejati
Maaf, hubungan kita sebatas ranjang saja, sayang
Kata Si Penjahat Kelamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H