AbstraksiÂ
Keberadaan manusia  di dunia mempunyai tujuan yang bisa dijelaskan menggunakan logika dan ada juga yang tidak dapat dijelaskan menggunakan logika. Dua ilmu yang dianggap mampuh untuk menjelaskan  hal-hal yang logis dan yang tidak yaitu melalui bidang ilmu teologi dan filsafat. Dua bidang ilmu ini walaupun bisa saling membantu untuk menjelaskan kegagalpahaman pada seseorang, tetapi juga bisa menyebabkan timbulnya gagal paham yang baru bagi orang lain. Dua ilmu di atas sebenarnya ilmu yang bertentangan satu dengan yang lain karena satu ilmu (teologi) lebih menitikberatkan intuisi dan keyakinan seseorang terhadap sesuatu, sedangkan ilmu yang satunya lagi (filsafat) menjelaskan sesuatu dari sisi kelogisan (masuk akal tau tidaknya sesuatu).
Namun pembahasan ini bukan tentang dua ilmu di atas . dua ilmu di atas saya gunakan untuk membantu menjelaskan isi dari topik pembahasan yang saya angkat.misalkan saya menyinggung eksistensi manusia yang diawali dengan pertanyaan filosofis, seperti untuk apa manusia berada di dunia?, mengapa manusia bisa berada di dunia?, atau bagaimana manusia bisa berada di dunia?, dan mengapa manusia begitu hasrat akan sosok Tuhan? Â Serta siapa sebenarnya Tuhan itu?. Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi dasar dalam pembahasan di dalam artikel ini nanti, walaupun pertanyaan ini mengandung makna yang sangat kompleks atau rumit. Oleh sebab itu saya akan menjelaskan dengan cara yang lebih sederhana dan bersahabat sehingga semua orang bisa memahami isi tulisan ini dengan baik.
 Kita sebagai manusia seharusnya menyadari bahwa keberadaan kita tidak dapat mempengaruhi otoritas Tuhan sebab sosok Tuhan merupakan entitas yang dianggap sebagai pencipta segalanya. Oleh Tomas akuinas  menyebut sosok Tuhan dengan sebutan ens (pengada) yang mempunyai tingkatan paling tinggih (extraordinary) dan merupakan alfa dan omega yang darinya kita berasal dan akan Kembali kepadanya.
Memahami Keberadaan Manusia Sebagai Upaya Pendekatan Diri Kepada Tuhan
"Iman tanpa perbuatan adalah mati, perbuatan tanpa iman juga adalah mati" bahasa ini merupakan sebuah ungkapan yang mau menggambarkan keberadaan manusia beragama yang dituntut secara tidak langsung untuk saling menolong antar sesama sebagai upaya pendekatan diri kepada Tuhan. Sebab jika kita berbuat baik, maka kita melaksanakan perintah Tuhan. Setidaknya itulah yang menjadi beban moril bagi kita manusia yang beragama. Sekarang pertanyaannya apakah hanya itu yang menjadi alasan eksistensi manusia di dunia ini?.
menurut Camus bahwa eksistensi manusia merupakan hal yang absurd, sebab absurditas eksistensi manusia berasal dari usaha manusia untuk memahami dunia yang oleh Camus dianggap sebagai dunia yang tidak masuk akal (Yuana: 2010, hal.297). manusia adalah alasan beradanya  sejarah dan alam semesta, sebab keberadaan manusia menentukan eksistensi lain yang tidak dapat menjelaskan dirinya sendiri. manusia menjadi tujuan terciptanya sejarah dan alam semesta. Oleh sebab itu, manusia adalah fakta moral, (Fauzi: 2013, hal. 2).
Terbukti bahwa fakta dan alasan keberadaan manusia tidak sekedar menyangkut hal-hal yang bersifat sementara, tetapi sudah sangat besar maksud keberadaan manusia di dunia ini, bahkan jauh ke dalam hal-hal yang esensial. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia yang merupakan mahkluk immortal (sementar) tentunya harus menyadari bahwa ada sesuatu hal yang melampaui pikiran kita yang terkadang menyimpelkan dan menyepelehkan sesuatu hal. Keberadaan kita oleh Camus dianggap sebagai  sesuatu yang absur, tetapi ada juga pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah alasan keberadaan sejarah dan alam semesta, yang artinya bahwa keberadaan manusia adalah sebuah alasan dinamika peradaban yang sudah dan sedang berkembang. Dalam perkembangan peradan inilah terbukti adanya campur tangan entitas yang kita sebut sebagai Tuhan, sebab bagi manusia yang beragama, semua hal yang terjadi di dunia itu merupakan kehendak yang maha kuasa (pencipta). Oleh sebab itu manusia tidak dapat secara serta merta menyalahgunakan keistimewaan yang ada padanya.
Terkait pertanyaan tentang untuk apa manusia berada di dunia? dan bagaimana manusia bisa berada di dunia? Penjelasannya tidak terlalu rumit karena bukan rahasia lagi. Hampir semua orang tahu bahwa tujuan manusia di dunia mempunyai dua pandangan, yaitu pertama dari agama yang mempunyai pandangan bahwa tujuan manusia di dunia adalah untuk menjalankan perintah Allah tentang beranak cucu dan memenuhi bumi serta beregenerasi sehingga kaum manusia tidak punah. Sedangkan dari sisi lain (sains) menjelaskan tentang bagaimana manusia menyadari diri akan keberadaannya dan tujuannya sebagai mahkluk hidup untuk mengeksplor bumi sebisa mungkin. Tentang bagaimana manusia bisa berada di dunia juga mempunyai dua pandangan terkenal, yaitu tentang penciptaan manusia dalam kitab kejadian (agama) serta teori evolui manusia dari primata menjadi manusia sempurna oleh Carles Darwin. Dua pandangan ini merupakan pandangan besar yang sudah banyak diketahui umum sehingga tidak menjadi rahasia besar yang harus dicari tahu lagi.
Hasrat Manusia Akan Entitas yang Disebut Tuhan
Manusia diberikan hasrat untuk mengasihi sesama. Kata hasrat ini sebenarnya baik, tetapi terkadang diperkosa maknanya sehingga terdengar fulgar ketika disebutkan. Hasrat berguna untuk mendekatkan satu manusia dengan manusia lain, bahkan dengan alam dan mahkluk hidup lain. Namun, kata hasrat ini akan terasa aneh ketika dipakai untuk menyatakan kekaguman dan ketaatan kepada Tuhan. Hasrat mempunyai makna yang cukup dalam sehingga ketika dipasangkan pada kata Tuhan, maka orang yang dianggap berhasrat kepada Tuhan akan terdengar seperti orang-orang ekstremis agama. Setyo Wibowo dalam bukunya menjelaskan bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang paling berharga dan paling kudus, yang deminya ia siap menjadi martir, (Wibowo: 2009, hal. 7). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ada logika keras dari ens sanctissimus yang sekaligus menjadi fascinosum (memikat) dan tremendum (membuat gemetar), (Wibowo: 2009, hal. 7).