Mohon tunggu...
Ferdinand Anon
Ferdinand Anon Mohon Tunggu... PNS -

Never stop to learn. It's time to change.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mentalitas "Pengemudi" dan "Penumpang"

3 Januari 2015   02:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:56 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaum muda cenderung pandai, namun outputnya adalah manusia-manusia penumpang yang sering saya temui di dalam angkot atau bus kota (Rhenald Kasali)

Setelah menyelesaikan bukuSelf Driving-nya Rhenald Kasali, saya tergelitik untuk menuliskan pengalaman-pengalaman batin pada saat saya dalam larut dalam cerita buku tersebut. Saya berkesimpulan bahwa buku itu bercerita tentang mentalitas manusia. Ada yang bermental baja, berani mengambil resiko dan tidak takut gagal, namun ada pula yang susah menerima perubahan dan selalu berada di zona nyaman. Mental manusia pertama disebut pengemudi (driver) dan mentalitas menusia yang lain adalah penumpang (passenger).

Bagi saya, orang-orang yang bermental pengemudi adalah orang-orang yang bermuka tembok, tahan malu, tidak cepat menyerah dan berani tampil beda. Bisa dibayangkan bila dalam sebuah organisasi banyak anggotanya yang bermental pengemudi, saya rasa organisasi tersebut akan lebih hidup dan dinamis. Sebaliknya, jika kebanyakan anggotanya bermental penumpang, tentu saja akan sedikit inovasi dan tenggelamnya ide-ide brilian bahkan sebelum ide tersebut dicetuskan. Mengapa? Karena, orang yang bermental penumpang cenderung menunggu dan menunggu dan takut salah.

Banyak ‘pengemudi-pengemudi’ hebat negeri ini. Ignasius Jonan, sewaktu menjabat Direktur Utama PT KAI, secara cantik mengemudikan ‘gerbong’ KAI nya sehingga secara kasat mata masyarakat menikmati perubahan-perubahan mendasar dalam PT KAI. Kalo boleh berpendapat, Rhenald Kasali pun menurut saya seorang 'pengemudi' yang mumpuni. Saya terkesan cara dia memberi tugas kepada anak didiknya untuk membuat pasport sebagai surat izin memasuki dunia global dan memaksa mereka untuk pergi ke negara di mana bahasa ibunya adalah bahasa Inggris. Dia sangat sadar bahwa pengetahuan yang sesungguhnya tidak didapat dari bangku kuliah melainkan di dunia nyata. Saya menjadi ingat kata dosen saya bahwa ketika kita kuliah di luar negeri jangan belajar di kampus saja. Justru bergeraklah untuk mempelajari kebiasaan dan perilaku mereka.

Namun, bagi seseorang yang sudah terlanjur tinggal dalam zona nyaman, dia akan susah sekali bergerak dan cenderung akan menjadi penumpang permanen. Dia akan cenderung menolak adanya perubahan dengan seribu satu macam alasan. Pada intinya, mereka takut kalau-kalu perubahan itu menyasar kepada kenyamanan yang sudah terbentuk. Orang seperti ini hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Keadaan organisasi yang mandek justru dia manfaatkan dan kondisi ini selalu dipertahankan. Bisa dilihat PT KAI, perubahannya sangat fundamental. Sebelum Ignasius Jonan masuk, para pemerhati kebijakan pun menyadari bahwa gaji seorang masinis sangat tidak memadai. Namun, tidak pernah ada suatu tindakan nyata untuk memperjuangkan pendapatan mereka. Karenanya, sudah menjadi pemandangan umum atau permakluman bersama bahwa seorang masinis pun harus mencari tambahan pendapatan untuk menghidupi keluarganya.

Kini berpulang kepada kita semua, akankah kita puas dengan keadaan sekarang dan selalu bermental penumpang, hanya diam, pura-pura tidak tahu dan tidak mau tahu? Kita bisa mengubah keadaan dengan berani mengubah diri kita sendiri terlebih dahulu. Saya yakin, masih banyak pengemudi-pengemudi handal di republik ini yang akan mewarnai dinamika kehidupan dan mampu membuat perubahan untuk dirinya sendiri, lingkungannya dan negara. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun