Pada suatu hari, aku memutuskan untuk mengunjungi rumah temanku, setelah beberapa minggu sibuk dengan sekolah dan kegiatan lainnya. Belum jauh dari rumah, aku menyadari bahwa pulsa ponselku habis. Aku pun memutuskan untuk mampir sebentar ke gerai pulsa yang tak jauh dari jalan raya. Setelah mengisi pulsa, aku melanjutkan langkahku menuju motor. Namun, tiba - tiba segerombolan orang mendekat. Aku terdiam sejenak, merasa tidak enak hati, dan instingku berkata bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Salah seorang dari mereka berbicara dengan nada yang mengancam.
Mereka mulai mengelilingiku, jelas sekali mereka berniat memalak. Aku mulai merasa panik, namun aku berusaha tetap tenang. Tanpa berpikir panjang, aku memutuskan untuk segera kabur, menapaki jalan sempit yang mengarah ke gang - gang kecil. Sesekali aku melirik ke belakang, melihat mereka semakin menjauh. Napasku mulai terengah - engah, namun aku tidak berhenti. Setiap belokan dan tikungan di jalan memberi aku sedikit harapan, dan aku tahu aku harus bertahan sampai mereka kehilangan jejakku.
Akhirnya, setelah beberapa menit berlari, aku memutuskan kembali ke gerai pulsa tempat aku tadi dipalak. Aku sesekali berhenti sejenak, menatap sekeliling untuk memastikan mereka tidak lagi mengikuti. Semua tampak aman, dan aku pun mengambil napas lega, mencoba menenangkan diri. Kejadian tadi benar - benar membuat jantungku berdegup kencang, namun aku bersyukur berhasil lolos dari segerombolan orang yang memalakku.
Setelah merasa cukup tenang, aku kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah temanku. Meski sempat terganggu, tetapi aku harus melanjutkan perjalanan menuju rumah temanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H