Mohon tunggu...
Ferdinand Hutahaean
Ferdinand Hutahaean Mohon Tunggu... -

Anti Arogansi dan Anti Kekerasan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jamuan Pahit Diplomasi Meja Makan Jokowi

18 Februari 2015   16:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:57 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Jangan anggab remeh masalah negara saat ini, dalam satu tahun kedepan kita akan bangkrut sebagai negara demokrasi" Sepenggal kalimat ini mampir di ponsel saya pagi ini dari seorang kawan yang beda kelompok politik dengan saya, saya setuju dengan pendapat sahabat saya ini karena memang tidak ada yang menganggab remeh masalah negara saat ini termasuk Jokowi, tetapi bagi sebagian kecil elit termasuk Wakil Presiden sepertinya menganggab remeh masalah yang ada saat ini sehingga pernyataan-pernyataan ayng diberikan juga tidak merupakan solusi tetapi hanya memperkeruh masalah yang ada.

Akhir minggu lalu, ketika Jokowi berkantor di Istana Bogor, saya mengunjungi kantor kementrian di merdeka barat, disana saya mendapat informasi bahwa Jokowi sebagai presiden akan mengumumkan status akhir BG sebagai cakapolri dan akan mengakhiri polemik pencalonan BG. Namun informasi itu seperti hilang ditiup angin ketika sampai Jokowi berangkat ke Solo besoknya tidak juga jadi memberikan pernyataan keputusan dan hanya menjawab SECEPATNYA... SECEPATNYA...

Di Solo kota kelahiran Jokowi, disela acara menghadiri Kongres partai Hanura, Jokowi entah sebagai Presiden dan entah sebagai kader PDIP bertemu dengan Megawati dalam sebuah jamuan makan. Diplomasi meja makan ala Jokowi - Mega dan elit KIH. Pada saat pembicaraan dengan elit-elit yang hadir saat itu, beredar info keluar bahwa kesepakatan solo menyebutkan Jokowi akan melantik BG tapi setelah dilantik BG akan mundur demi menyelamatkan harga diri BG. Entahlah benar atau tidaknya informasi itu hanya Tuhan yang tau dengan para yang hadir didalam ruangan itu, meski secara pribadi saya meyakini irnformasi itu benar, terlihat dari tidak jadinya Jokowi mengumumkan keputusan sesuai dengan kata SECEPATNYA.

Jamuan pahit diplomasi meja makan ala Jokowi dan Mega di Solo ternyata makin menempatkan presiden dalam derajat bola pingpong, seperti sebuah bola pingpong mantul kemana-mana dan rentan dimainkan oleh orang, sungguh ini bentuk pelemahan kepada Jokowi sebagai Presiden. Hingga sidang praperadilan telah memutuskan bahwa status tersangka BG salah prosedur dan dinyatakan tidak sah oleh hakim Sarpin, Jokowi belum juga mengambil sikap untuk memutuskan status BG apakah akan dilantik atau tidak. Sikap ini telah memicu ketegangan diinternal, bahkan Wakil Presiden turut memperkeruh suasana dengan pernyataannya andai dia yang berwenang akan segera melantik BG, sungguh ini sikap yang menganggab sepele masalah negara ini.

Mengapa Jokowi begitu sulit mengambil keputusan? tentu ini tidak terjadi begitu saja, bukan juga karena kelemahan Jokowi secara pribadi, tapi karena Jokowi lemah secara politik. Pelemahan Jokowi secara politik dan sebagai Presiden terus terjadi secara masif, karena memang banyak pihak yang menginginkan Jokowi tetap lemah secara politik, terutama dari pihak-pihak yang ingin menjadikan kekuasaan sebagai sarana untuk merampok uang negara dan oleh pihak - pihak yang terancam secara hukum karena kejahatan masa lalunya, mereka inilah kelompok yang ingin agar Jokowi tetap lemah. Bahkan Jokowi dijauhkan dari satu-satunya kekuatan politik Jokowi yaitu rakyat yang direpresentasikan dalam bentuk relawan dan dukungan rakyat 70 juta lebih suara yang telah memenangkan Jokowi adalah kekuatan real Jokowi, sehingga para pihak yang tidak ingin Jokowi kuat, menjauhkan Jokowi dari Relawan dan rakyat. Jokowi dijauhkan melalui kebijakan-kebijakan mentri yang tidak berpihak kepada rakyat, Jokowi dijauhkan dari Relawan dengan menutup akses komunikasi dan menutup akses silaturahmi, maka Jokowi semakin hari semakin dilemahkan. sadar atau tidak sadar, Jokowi harusnya sadar upaya ini, dan Jokowi jangan percaya dengan pembisiknya yang tidak perduli pihak lain tetapi hanya perduli dirinya sendiri, khususnya Trio Singa.

Jamuan pahit diplomasi meja makan Jokowi dengan elit KIH telah menempatkan Jokowi dalam dilema yang besar, menempatkan Jokowi menjadi papan target anak panah yang telah dilepaskan dari busurnya, KPK adalah busurnya dan Polri adalah anak panahnya, yang melepaskan anak panah adalah pihak-pihak yang ingin Jokowi lemah dan harus dikendalikan, siapa mereka tidak perlu lagi disebut karena sudah gamblang di ruang publik. untuk menghidari tikaman anak panah yang sudah dilepaskan, tidak ada cara lain bagi Jokowi untuk selamat kecuali kembali kepada rakyat, kembali kepada relawan, kembali kepada Nawa Cita dan kembali kepada Trisakti Bung Karno. Apapun proses politik yang terjadi yang dilakukan oleh para elit politik itu tidak akan berpengaruh apa-apa jika Jokowi berdiri bersama rakyat, berdiri diatas Nawa Cita dan Trisakti Bung Karno, rakyat akan bangkit melawan tirani oligarki yang dibangun elit politik. rakyatlah yang punya negara ini bukan segelintir elit.

Pilihan pahit dari jamuan pahit diplomasi meja makan Jokowi tinggal menyisakan 2 opsi, yang pertama adalah Melantik BG jadi Kapolri dengan resiko selamat dari proses elit politik, tapi jokowi akan berhadapan dengan masyarakat anti korupsi dan akan berhadapan dengan mayoritas rakyat yang ingin korupsi dibasmi, Jokowi juga akan semakin tersandera karena sangat mungkin BG saat ini menumpuk sakit hati yang bisa berujung dendam kepada Jokowi secara pribadi karena menggantung status BG yang cenderung tidak ingin melantik BG, ini bahaya kedepan jika BG jadi Kapolri. Opsi yang Kedua, adalah membatalkan BG sebagai calon Kapolri, mengajukan Kapolri Baru dengan resiko proses politik yang dimainkan oleh elit politik. Tapi proses politik ini tidak akan bisa menjatuhkan Jokowi karena Jokowi akan didukung rakyat yang menginginkan pemberantasan Korupsi terus dilakukan. Opsi pahit dengan resiko masing-masing. Sekarang pilihan ada di Jokowi, akankah berdiri bersama kepentingan elit politik atau berdiri bersama rakyat dalam pemberantasan korupsi.

Jamuan pahit sungguh menyuguhkan kepahitan, tapi pemimpin yang besar harus rela minum dari cawan pahit demi menyelamatkan bangsa dan negara dari kehancuran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun