Mohon tunggu...
Ferdinand Hutahaean
Ferdinand Hutahaean Mohon Tunggu... -

Anti Arogansi dan Anti Kekerasan

Selanjutnya

Tutup

Politik

70 Tahun Merdeka, Pembangunan Energi Terabaikan

16 Agustus 2015   08:29 Diperbarui: 16 Agustus 2015   08:29 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

70 TAHUN MERDEKA, PEMBANGUNAN ENERGI TERABAIKAN
DAN KITA TETAP JADI BANGSA YANG TERJAJAH
Oleh : Ferdinand Hutahaean
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia

70 Tahun sudah Indonesia merdeka, merdeka secara de facto tapi belum merdeka secara de jure. Kita masih menjadi bangsa yang terjajah, terjajah oleh berbagai hal yang memang sengaja atau tidak sengaja kita menjajahkan diri kepada ketertindasan, menjajahkan diri kepada belenggu asing yang sering kita sebut dengan neo imperialisme, kita jajahkan diri kita kepada ketertinggalan, menjajahkan diri kepada ketergantungan dominasi asing, menjajahkan diri kepada ketidak mampuan untuk mandiri dan berdaulat. Sungguh ini bukanlah sebuah kebetulan, tapi keterjajahan ini adalah sebuah akibat dari dikuasainya pemikiran anak bangsa yang lebih mengabdi kepada kepentingan pribadi dan kepentingan asing, melupakan kepentingan besar bangsa demi kepentingan kenikmatan pribadi, kelompok dan asing.
Sumber daya alam bangsa ini yang begitu besar dan kaya raya, harus tunduk menjadi miskin demi memperkaya bangsa asing yang bebas beroperasi dinegara ini karena telah berhasil menempatkan agen agennya didalam pemerintahan, yang secara sadar atau tidak sadar menjadi operator pihak asing yang terus menerus melancarkan metode penjajahan baru atau neo imperialisme, hingga 70 tahun Indonesia merdeka 85% sumber daya energinya dikuasai bangsa asing lewat korporasi-korporasi besarnya yang hanya merupakan bentuk kamuflase dari model penjajahan baru. Bung Karno pada masa hidupnya sudah sangat menyadari bentuk penjajahan baru ini dan sudah mengingatkan bangsa ini supaya tidak terjerumus, namun apa daya nasehat Bung Karno yang begitu besar terabaikan dan akhirnya hingga pada saat ini kita tetap dalam keadaan terjajah, hanya merdeka secara harafiah namun tidak merdeka seutuhnya.
Ketidak merdekaan kita dalam hal energi sangat jelas terlihat ketika hingga 70 tahun bangsa ini memproklamirkan kemerdekaan, masih banyak daerah yang belum bisa menikmati listrik dan bahkan ironi paling besar adalah daerah yang kaya tambang energinya justru tidak menikmati energi listrik dengan baik sesuai kebutuhan. Masih banyak daerah yang gelap, ini bentuk keterjajahan yang kita sadar atau tidak sadar adalah akibat kita menjajahkan diri pada asing. Demikian juga di sektor minyak dan gas, kita telah mengabaikan prinsip ketahanan dan kedaulatan hingga kita yang tadinya kaya minyak menjadi negara miskin minyak dan mengimpor minyak secara besar-besaran setiap hari. Kebutuhan minyak kita berkisar 1,6 Juta barel perhari tidak sanggup kita sediakan dari kekayaan energi bangsa yang kita miliki dan akhirnya kita menjadi negara kaya berwatak pengemis dan mengimport minyak sekitar 1 Juta barel perhari. Sungguh ini bentuk keterjajahan kita sebagai bangsa yang memiliki sumber energi melimpah. Ibarat kata pepatah kita kehausan dibawah air terjun.
Yang menjadi pertanyaan bagi kita sekarang ini adalah mengapa ini dibiarkan terjadi padahal tidak seharusnya kita menjadi bangsa yang miskin dan tidak seharusnya kita menjadi importir minyak seperti sekarang, tidak seharusnya masih ada daerah yang belum teraliri listrik, dan tidak seharusnya kita kebingungan untuk menyelesaikan permasalahan energi ini. Yang sangat disayangkan adalah tidak adanya niat serius dari pemerintah untuk berdaulat, tidak adanya upaya pemerintah untuk mandiri energinya. Andai pemerintah dalam 15 tahun terakhir melakukan upaya serius membangun energi dinegara ini, maka saat ini kita sudah menjadi negara yang maju, negara yang kuat, berdaulat dan mandiri serta memiliki ketahanan energi yang menjadi syarat mutlak untuk menjadi negara yang kuat didunia. Tanpa kedaulatan energi, negara kita hanya akan menjadi negara kelas penyeimbang yang tidak akan bisa memimpin dikancah internasional karena kita memiliki ketergantungan hidup pada dominasi asing. Sungguh tidak bisa kita bayangkan apa yang terjaid terhadap bangsa ini andai kita tidak lagi mendapat minyak dipasar internasional, niscaya dalam 3 hari saja bangsa ini akan menjadi bangsa yang kacau balau, bangsa yang berantakan dan menjadi bangsa yang hancur karena dipastikan terjadi kerusahan dimana mana tanpa bisa diatasi, karena mobil tentara dan mobil polisi tidak bisa bergerak akrena kehabisan bahan bakar. Inikah yang diinginkan terjadi oleh para pemimpin negeri ini? Semoga tidak.
Pemerintahan jokowi saat ini juga belum terlihat serius dengan pembangunan energi, memang ada upaya untuk membangun infrastruktur energi namun kebijakan yang diterapkan tidak secara konpeherensif namun masih sepotong sepotong. Salah satu contoh adalah pembangunan listrik 35 GW yang tidak diikuti oleh kebijakan energi disektor lain terutama pemamfataan energi baru terbarukan. Pembangunan pembangkit Listrik berbasis bahan bakar batu bara dan gas, tentu bukanlah solusi panjang mengingat ketersediaan batu bara kita dan gas kita sudah tidak lama lagi, batu bara diperkirakan habis 30 tahun lagi dan gas 70 tahun lagi dengan catatan tidak ditemukan sumber baru. Terlebih dengan percepatan pembangunan listrik 35 GW tersebut, tentu ketersediaan batu bara dan gas akan habis lebih cepat karena kebutuhan akan sangat besar demi mensuplay pembangkit pembangkit baru tersebut, pertanyaannya setelah itu kita mau kemana? Kita mau apa? apakah seperti biasa kebijakan rekatif yang akan timbul?
Pemerintah harus mendorong pemamfaatan energi baru terbarukan dan fokus pada pembangunan energi bersumber pada energi nuklir sebagai jawaban skala panjang, energi nuklir sekarang sangat murah, ramah lingkungan dan sehat serta tidak berbahaya. Rakyat harus dicerahkan pikirannya tentang ketakutan terhadap energi nuklir, rakyat harus dijelaskan bahwa energi nuklir bukan lagi ancaman masa kini dengan kemajuan teknologi dan standar kemanan tinggi dalam teknologi nuklir. Jangan sampai kita terlambat memulai jalan menuju kedaulatan energi.
Pemerintah harus mempunyai skala prioritas pembangunan berkesinambungan terhadap energi nasional. Melakukan reviw secara menyeluruh dan menyusun peta jalan menuju kedaulatan energi yang harus dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan. Pemerintah harus serius melakukan konversi BBM Bensin ke Gas pada kendaraan bermotor, karena kendaraan bermotor adalah konsumen terintinggi sekitar 70% BBM setiap hari. Percuma pemerintah membangunan infrastruktur seperti jalan tol sumatera yang urgensinya saat ini tidak ada, dan entah untuk apa jalan tol itu dibangun. Anggaran besar pembangunan jalan tol tersebut mestinya dialihkan untuk membangun infrastruktur energi seperti SPBG, Gas kebutuhan rumah tangga, pembangunan energi baru terbarukan karena dengan inilah kita bisa berdaulat dan mandiri. Jalan tol tidak akan bisa membuat kita berdaulat karena jalan tol terlalu bersifat bisnis dan berorientasi keuntungan, berbeda dengan energi yang memang untuk menjaga stabilitas politik dan ekonomi bangsa serta menjadikan negara kuat serta memiliki ketahan yang kokoh.
Disektor minyak, pemerintah juga harus fokus pada pembangunan storage untuk cadangan minyak kita hingga minimal 100 hari, bukan seperti sekarang hanya punya cadangan belasan hari yang mana cadangan itupun masih diragukan kebenarannya saat ini.
Dari semua indikator-indikator saat ini dibidang energi, sesungguhnya kita tidak bisa disebut merdeka karena sangat jelas kita terjajah, terjajah oleh sikap kita sendiri dan terjajah oleh imperalisme bangsa asing yang dilakukan oleh korporasinya. Jika ingin segera merdeka, maka pemerintah harus serius menasionalisasi blok-blok migas kita yang saat ini dikuasai asing, menyerahkannya kepada Pertamina untuk dikelola sebesarbesarnya untuk bangsa. Ada belasan blok migas yang segera habis hingga tahun 2012 yang jika dihitung besarnya sekitar 56% dari produksi migas kita, andai ini dinasionalilasi oleh bangsa secara bertahap dan alamiha, maka bangsa kita sudah berada dijalan yang benar menuju kedaulatan energi. Pemerintah juga harus serius membangun infrastruktur energi, serius mengeluarkan kebijakan untuk menuju kedaulatan energi, serius menjadikan pembangunan energi sebagai prioritas pembangunan dan serius untuk menjadi bangsa merdeka, bukan meneyerahkan diri kepada jajahan imperialis asing karena kebodohan kita yang mengobral sumber daya alam untuk memperkaya asing dan kita tetap miskin.
Semoga pemerintah segera sadar, menjadikan HUT Kemerdekaan kita yang ke 70 bulan Agustus ini menjadi momentum pembangunan energi menuju kedaulatan bangsa, kemandirian bangsa dan ketahanan bangsa. Merdeka....!!!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun