Mohon tunggu...
Ferdiansyah Ishaq
Ferdiansyah Ishaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang suka membaca dan mencari hal baru dalam hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review G30S PKI

13 Oktober 2022   17:49 Diperbarui: 13 Oktober 2022   17:51 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Halo, kali ini aku akan bercerita tentang pengalaman temanku Rahardyan Abdul Fatah mahasiswa jurusan bimbingan dan penyuluhan islam fakultas dakwah dan ilmu komunikasi universitas Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menonton film pemberontakan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau yang lebih dikenal dengan pemberontakan G30S PKI

Film ini diawali dengan adegan bagaimana presiden Indonesia ketika itu Ir Soekarno sedang sakit dan sedang dirawat oleh seorang dokter dari Tiongkok, konflik dimulai dari sini ketika golongan kiri menggap sebentar lagi Ir Soekarno bakal meninggalkan jabatannya karena sakit ditambah lagi permusuhan antara golongan kiri yang waktu itu diwakili oleh kaum komunis dan golongan kanan yang diwakili dari TNI terutama angkatan darat

Melihat kondisi Soekarno yang sudah mulai sakit parah akhirnya kelompok komunis memulai rencana kudeta mereka dengan menghembuskan isu dewan jenderal , dengan isu ini pula mereka melakukan penculikan terhadap para jenderal di malam kelam pada 30 September 1965 , 6 orang jenderal dan 1 perwira menjadi korban di malam yang kelam itu, tak luput pula dari kekejaman mereka putri salah seorang jenderal TNI jenderal Ahmad Yani yaitu Ade Irma Suryani ikut menjadi korban dalam peristiwa tersebut

Jalan cerita selanjutnya dimulai dengan penemuan korban keganasan peristiwa ini di sebuah sumur di lubang buaya , jasad mereka semua ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa 

Pihak militer yang mengetahui dan telah membongkar aksi ini tentu tidak hanya diam setelah peristiwa malam kelam tadi, aksi pembalasan atau counter attack pun dilakukan , dimulai dari pengepungan para tokoh komunis hingga penumpasan pun dilakukan, rakyat yang tadinya bingung dengan gerakan yang menamakan mereka membela Soekarno dari makar jahat dewan jenderal pun sekarang mulai mengetahui titik terang dari apa yang sebenernya terjadi, justru sebaliknya, kaum komunis yang mengaku ingin menyelamatkan Soekarno dari makar dewan jenderal justru fakta di lapangan mengatakan bahwa mereka sendirilah dalang dibalik peristiwa ini , 

Mayat mereka ditemukan beberapa hari dari gerakan tersebut dilakukan dan dimakamkan bertepatan dengan hari ABRI pada 5 Oktober, di pidatonya pada hari itu jenderal Ahmad Yani menyampaikan jika biasanya kita semua ketika setiap 5 Oktober melakukan perayaan hari ABRI dengan bersuka ria namun kali ini kita memperingatinya dengan penuh duka dan kesedihan karena di hari itu bangsa Indonesia telah kehilangan putra putra terbaik bangsanya yang telah berkorban untuk negara dari kebengisan dan makar kaum komunis dalam adegan ini diperlihatkan para keluarga dan sanak saudara yang ditinggalkan masih dalam keadaan histeris dan seolah olah tidak percaya keluarganya dan juga seorang jenderal pergi dengan cara yang begitu tragis 

Dampak dari peristiwa ini begitu besar namun di pihak komunis sendiri menjadi kegagalan karena setelah peristiwa ini terungkap tidak perlu waktu lama golongan kanan yang diwakili TNI melalui surat mandat Soekarno kepada Soeharto melakukan pembersihan atau pembalasan atas terjadinya penghianatan yang dialkukan kaum komunis, dan dampak besar dari peristiwa ini dibubarkannya partai komunis Indonesia atau PKI dan juga underbouw mereka seperti Lekra, Gerwani dan organisasi kiri lainnya tak luput pula tokoh tokoh mereka juga banyak yang ditangkap dan dihukum seperti Aidit, Njoto, letkol Untung dan tokoh penting lainnya , bahkan salah seorang petinggi dan jenderal angkatan udara pun yaitu Oemar Dani turut termasuk dalam pembersihan yang dilakukan golongan kanan setelah peristiwa tersebut, atas peristiwa ini juga Indonesia yang ketika itu politiknya yang lebih berhaluan kiri lambat laun berubah arah ke arah kanan dan lebih dekat ke barat ataupun Amerika dibanding sebelumnya yaitu China yang menganut komunisme

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun