Bagian 1: Malam di Rumah Tua
Di sebuah desa terpencil, berdiri sebuah rumah tua yang telah lama kosong. Penduduk desa menyebutnya Rumah Karsa, sesuai dengan nama pemilik terakhirnya, Pak Karsa, seorang pria yang hidup sendirian hingga akhir hayatnya. Tak ada yang tahu pasti apa yang terjadi padanya, tetapi desas-desus mengatakan bahwa arwahnya masih bergentayangan di rumah itu, menanti sesuatu yang belum terselesaikan. Â
Anya, seorang mahasiswi jurusan arkeologi, tiba di desa itu untuk menyelesaikan tugas penelitian tentang sejarah arsitektur kolonial. Ia tidak percaya pada cerita mistis. Baginya, Rumah Karsa hanyalah bangunan tua yang penuh misteri, bukan tempat berhantu seperti yang dikatakan penduduk. Â
"Jangan coba-coba masuk ke rumah itu sendirian, Nona. Banyak yang sudah mencoba, tapi mereka keluar dengan ketakutan," peringat Pak Wiryo, seorang tetua desa. Â
Namun, rasa penasaran Anya lebih kuat dari rasa takut. Malam itu, ditemani senter dan kamera, ia melangkah masuk ke rumah tersebut. Â
Langkah pertama ke dalam rumah langsung mengundang hawa dingin yang menusuk. Dinding-dinding rumah dipenuhi jamur, sementara lantainya berderak setiap kali ia melangkah. Di tengah ruangan, ada sebuah meja kayu tua dengan lilin yang tampaknya belum lama digunakan. Â
Saat Anya memotret ruangan itu, sebuah suara lirih terdengar. Â
"Keluar..." Â
Anya berhenti. "Siapa di sana?" serunya dengan nada bergetar. Â
Suara itu terulang, kali ini lebih jelas, seperti desahan dari balik dinding. Anya merasa merinding, tetapi ia memutuskan untuk mengikuti suara itu, yang membawanya ke sebuah kamar kecil di sudut rumah. Â
Di dalam kamar, ia menemukan sebuah cermin besar yang kusam. Di sudut cermin itu, tergores tulisan yang nyaris pudar: Â
"Aku di sini. Temukan aku." Â