Maya mengangguk, wajahnya semakin cemas. "Setiap malam, suara-suara aneh terdengar dari lantai atas. Kadang, pintu kamar saya terbuka dengan sendirinya. Dan yang paling mengerikan adalah bayangan itu... selalu mengikuti saya kemanapun saya pergi."
Damar merasa ada yang tidak beres. Rasa ingin tahu dan naluri pemburu hantunya mulai bangkit. Ia segera mempersiapkan peralatan: kamera termal, alat pendeteksi suhu, dan salib perak. Malam itu, ia berencana untuk menyelidiki rumah itu sepenuhnya.
Maya menemani Damar saat ia mulai memeriksa lantai atas. Begitu melangkah ke tangga, udara terasa semakin dingin. Damar bisa merasakan ada sesuatu yang tak terlihat mengintai dari balik dinding-dinding rumah. Setiap langkahnya diikuti oleh bunyi berderit yang semakin keras. Tiba-tiba, sebuah suara keras terdengar dari salah satu kamar di lantai atas, menggegerkan mereka berdua.
Tanpa berpikir panjang, Damar membuka pintu kamar itu. Di dalam, hanya ada kegelapan yang pekat. Namun, sesaat setelah ia melangkah masuk, suhu ruangan itu turun drastis, dan sebuah suara parau terdengar di telinganya.
"Jangan pergi... selamanya..."
Damar terdiam, mencerna setiap kata yang baru saja terdengar. Suara itu bukan berasal dari Maya, tetapi dari sesuatu yang lebih tua dan lebih gelap.
Bersambung ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H