Mohon tunggu...
Ferdhy AdityawanO
Ferdhy AdityawanO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka anime

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etnovideografi: Mahasiswa Antropologi Mengulik Pengrajin Kerajinan Sangkar Burung di Desa Bolopleret

12 Agustus 2023   00:20 Diperbarui: 13 Agustus 2023   20:21 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Desa Bolopleret (1/08/2023) -  Kerajinan merupakan suatu yang tercipta karena keterampilan yang dimiliki manusia. Hal ini dikarenakan manusia memiliki akal dan pemikiran yang dapat membuat berbagai macam barang-barang yang memiliki nilai-nilai keindahan ( Estetika), 

Sehingga terkadang dari sekedar hobi membuat suatu kerajinan ataupun karena iseng-iseng saja dalam membuat kerajinan itu sendiri bisa menciptakan lapangan pekerjaan ataupun pekerjaan tetap. Seperti halnya bu tri astuti ini yang merupakan warga lokal dari Desa Bolopleret ini memiliki usaha kerajinan sangkar burung ini, Dalam upaya pendalaman tentang kerajinan sangkar burung ini seorang mahasiswa antropologi mencoba mewawancarai ibu tri astuti yang merupakan pendiri dari usaha kerajinan sangkar burung ini bersama suaminya.

Ibu tri astuti merupakan wanita yang berumur 44 tahun dan sudah menekuni usaha kerajinan sangkar burung ini sendiri selama 9 tahun yang dimulai pada tahun 2014. Awal mulanya ibu tri astuti ini merupakan pekerja buruh yang ikut dengan orang lalu ibu tri astuti ini mencoba-coba usaha kerajinan sangkar burung yang mana ibu tri astuti mengungkapkan bahwa kerajinan sangkar burung lebih menguntungkan. Motivasi beliau sendiri dalam pendirian usaha kerajinan sangkar burung ini sendiri selain dari sisi ekonomi, yaitu karena sistem kerjanya bisa ditentukan sendiri dari jam kerja hingga hari liburnya tanpa keputusan dari atasan karena usahanya sendiri.

Untuk sistem pengerjaan dari kerajinan sangkar burung ini sendiri cukup berbeda dengan kerajinan sangkar burung yang lain, hal itu dikarenakan bahwa pengerjaan dari kerajinan sangkar burung ini memakan waktu 1 bulan penuh hal itu disebabkan bahwa beliau membuat satu set yang berjumlah 50 set. Namun hal ini membuat usaha ibu tri astuti ini memiliki ciri khas dimana bentuk kerajinan sangkar burung ini memiliki bentuk yang kecil. Setelah jadi biasanya dibeli oleh pengepul yang lalu dikirim ke luar kota yaitu jakarta dam kadang-kadang malang.

Yang namanya usaha mandiri pasti mengalami kendala ataupun masalah dimana hal ini mempengaruhi sukses atau tidaknya pengusaha dalam melakukan atau menjalankan kegiatan dalam usaha mandirinya tersebut. Pada usaha ibu tri astuti sendiri mengalami permasalahan dimana pengepul (pemborong) tutup entah dikarenakan rugi atau tidak, sehingga beliau harus mencari pengepul lain yang mau membeli kerajinan-kerajinan yang beliau buat. 

Untuk sekarang pengepul yang dimiliki bu tri astuti ini merupakan warga desa sebelah yaitu desa tanjung, untuk laba kotor yang didapatkan bu tri astuti ini sendiri berjumlah Rp. 7.250.000 yang mana laba bersih nya bu tri astuti ini dapatkan setelah membeli berbagai bahan-bahan guna keperluan kerajinan yaitu sebesar Rp.4.000.000.

Menurutnya hal ini bisa terjadi karena eksistensi kerajinan sangkar burung ini sendiri banyak peminatnya atau ramai peminat, yang mana banyak orang yang sekarang memiliki hobi memelihara burung peliharaan guna menikmati kicauan-kicauan yang mereka miliki lebih-lebih pada musim kemarau dimana bahan baku seperti kayu yang digunakan oleh bu tri astuti ini bisa dikerjakan langsung tanpa kayu itu menjadi basah. 

Akan tetapi untuk mendapatkan keuntungan dalam berusaha ini diperlukan keberanian diri untuk menghadapi tantangan, untuk konteks ini yaitu berani menghadapi tantangan-tantangan dalam mendirikan usaha dan konsekuensi-konsekuensi yang didapatkan dari keputusan-keputusan yang dibuat. Jika menganut perkataan Ibu tri astuti yaitu keuntungan utama dalam melakukan usaha kerajinan yang mandiri ini sendiri yaitu bisa memgerjakan pekerjaan yang diperlukan tanpa diperlakukan sebagai layaknya pesuruh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun