Pasti semua orang berpikir, "kok bisa?", dan jawabannya "iya, bisa".
Dalam suatu lingkungan kerja, bila ada orang yang malas bekerja, pasti dia akan menjadi sorotan, bahkan menjadi topic dalam setiap perbincangan.Â
Dia bisa menjadi racun atau virus bagi yang lainnya. Dia bisa memengaruhi kinerja orang lain dari yang rajin menjadi malas. Namun semalas-malasnya orang, pasti ada sesuatu yang menonjol dalam dirinya. Kita belajar untuk selalu melihat kelebihan orang lain ketimbang kekurangannya.
Bill Gates pada tahun 2021, ia dicatat pada Bisnis.com Majalah Fobes sebagai orang terkaya urutan keempat di dunia. Dia memiliki nilai kekayaan US$124 miliar.Â
Namun, dia pernah mengatakan sesuatu yang kontroversial, "Carilah orang malas untuk melakukan pekerjaan sulit, karena biasanya mereka akan mencari cara termudah untuk melakukannya."
Soal kemalasan, Penulis Fred Gratzon yang menobatkan diri sebagai "Orang Termalas di Amerika Utara" dalam buku nya yang tak kalah kontroversial yaitu buku "The Lazy Way to Succes" (Malas Tapi Sukses, edisi terjemahan Indonesia) melihat kemalasan dari sudut pandang yang berbeda. Intinya, malas bukan dalam artian tidak melakukan apa-apa, namun malas yang justru mendorong kreativitas.Â
Misalnya, karena orang malas menumbuk padi dengan lesung dan alu, maka diciptakanlah mesin penggiling padi. Karena orang malas berjalan kaki, maka manusia menciptakan sepeda.Â
Karena orang malas mengayuh sepeda, maka manusia menciptakan sepeda motor. Karena orang malas menyuci pakaian dengan tangan, maka manusia menciptakan mesin cuci pakaian, dst.
Kemalasan yang dimaksud sebenarnya bukan berarti malas tanpa melakukan apa-apa, tapi lebih pada keinginan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang lebih efisien dan efektif, sehingga tidak lagi membuang-buang waktu dan tenaga.Â
"Sukses dengan cara malas" ini menemplak begitu banyak orang dengan cara-cara lama dan yang lebih suka dengan zona nyaman dibandingkan dengan perubahan.Â