"Kenapa kamu tidak mengajak temanmu? Aku lihat kamu selalu sendirian di sini?" tanya Bara.
"Di prodiku hanya ada satu teman yang sangat akrab denganku, tetapi ia tidak suka jika harus berlama-lama di taman, jadi aku memilih sendiri saja," jawab Aya dengan sedikit sendu. Melihat Aya yang tiba-tiba terlihat sedikit sedih, Bara pun mencoba mengalihkan perhatian dengan mengganti topik pembicaraan.
"Kamu pandai membuat puisi ya? Bisa ajarin aku ga?" ucap Bara setelah melihat tulisan di kertasnya, berharap gadis tersebut akan mengiyakan. Dan ya, Aya mengiyakan permintaan Bara. Mendengar itu Bara sangat senang, itu artinya ia akan lebih lama bersama dengan gadis itu.
Aya mulai mengajari bara langkah-langkah membuat puisi, walaupun ia sedikit grogi. Bara mendengarkan dengan baik dan mengikuti instruksi dari Aya. Mereka mengabiskan waktu berdua di bawah pohon tersebut dan ketika Bara telah menyelesaikan satu puisinya, Aya meminta izin untuk pulang duluan. Sebagai laki-laki tidak mungkin bara membiarkan seorang perempuan pulang sendiri apalagi ini sudah terlalu sore dan itu karena dirinya. Bara pun menawarkan untuk mengantarnya pulang.
"Aya, aku antar kamu pulang ya? Ini sudah terlalu sore," pinta bara namun ditolak oleh Aya.
"Tidak usah Bara, aku bisa pulang sendiri, aku akan memesan ojek online,"
Bukan Bara namanya jika ia tidak bisa membujuk seorang seseorang. Bara tetap bersikeras untuk mengantarkannya pulang, "Ayolah Aya, bagaimana jika terjadi sesuatu padamu di jalan nanti, aku pasti akan merasa sangat bersalah. Boleh ya aku mengantarmu pulang, aku mohon?"
Sepertinya kini seorang Bara harus mengakui bahwa ia ditolak oleh seorang gadis. Aya tetap bersikeras menolak tawaran dari Bara. Mau tidak mau Bara pun harus menerima kenyataan pahit tersebut. Aya pulang dengan ojek online pesanannya.
Di dalam kamar, Aya tiba-tiba terpikirkan Bara. Menurutnya, Bara orang yang asik, ia nyaman berada si dekat Bara. Namun, ia tidak ingin terlalu dekat dengannya. Alasannya karena Bara itu laki-laki populer yang digemari oleh banyak gadis. Jika ada yang tahu bahwa ia dekat dengannya, maka tamatlah riwayatnya.
Keesokan harinya, di sore hari Bara sengaja menunggu di bangku di dekat pohon favorit Aya. Aya yang baru saja datang pun terkejut ketika melihat ada Bara di sana. Secepat mungkin ia berbalik arah dan pergi dari taman tersebut untuk menghindarinya. Namun, usahanya gagal, Bara ternyata sudah melihat Aya.
"Aya!" teriak Bara ketika melihat Aya akan meninggalkan area taman. Ia segera mengejarnya.