Jum'at, 17 Januari 2025 - Pernikahan Dini Akibat Pergaulan Bebas
Oleh : Falentina Bupu dan Fanny Crosby Girsang
Mahasiswa STIE DHARMA PUTRA Pekan baru
Menurut Wikipedia, arti pergaulan bebas ialah praktik terlibat dalam aktivitas seksual yang sering dilakukan dengan pasangan yang berbeda atau tidak pandang bulu dalam memilih pasangan seksual. Pada usia remaja (12 21 Tahun) pada umumnya merupakan usia dimana mengalami proses mencari jati dirinya sendiri. Seringkali pada proses tersebut justru menjadi faktor pemicu terjadinya pergaulan bebas. Istilah 'Bebas' ini sendiri mengacu pada pergaulan yang melewati batas-batas atas norma yang berlaku di masyarakat luas. Masalah mengenai pergaulan bebas ini bahkan sudah sampai tingkat yang sangat mengkhawatirkan, karena dapat ditinjau langsung dari banyaknya berita baik di lingkungan maupun di media massa.
Pergaulan bebas yang dimaksud pada artikel ini ialah seks bebas dan pelecehan seksual. Pada proses mencari jati diri, seorang remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, bahkan tidak menutup kemungkinan jika seorang remaja seringkali mengambil keputusan atas dasar kehendaknya sendiri mengenail hal-hal yang belum mereka ketahui, salah satunya mengenai seks bebas. Belum lama ini marak sekali kasus pelecehan seksual terhadap remaja yang ada di lingkungan sekitar dan membuat resah orangtua dan masyarakat luas. Di Indonesia sendiri masih sangat minim edukasi bagi remaja mengenai seks bebas, bahkan di Indonesia sendiri hal tersebut masih terbilang sangat tabu bagi masyarakat luas. Tidak dipungkiri hal tersebut menjadi faktor pemicu dari terjadinya pernikahan diri.
Mengapa begitu? tanpa adanya edukasi bagi remaja mengenai seks bebas justru dapat meningkatkan tingginya resiko terjadinya hamil di luar nikah, yang kemudian menuntut remaja tersebut untuk melakukan pernikahan dini dan menjadi ibu dalam usia yang tidak seharusnya. Penyebab pernikahan dini tidak hanya dikaitkan dengan kasus hamil di luar nikah, menasil penelitian yang menjadi dokumen laporan Plan International bertajuk 'Getting the Evidence: Asia Child Marriage Initiative ini dilakukan Plan dan lembaga penelitian berbasis di Inggris, Coram International di Indonesia. Banglades dan Pakistan. Hasil penelitian menyimpulkan, penyebab utama pernikahan anak adalah rendahnya akses pendidikan, kesempatan di bidang ekonomi, serta kualitas layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi, terutama untuk anak perempuan. Selain itu tingkat kemiskinan juga turut menentukan situasi pernikahan anak.
Menurut UNICEF, sebuah pernikahan dikategorikan sebagai pernikahan dini (early marriage) atau juga disebut sebagai pernikahan anak-anak (child marriage) apabila ada salah satu pihak yang masih berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun atau masih remaja.
Pernikahan dini juga memiliki beberapa dampak terhadap kesehatan, menurut E-Journal Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menyebutkan dampak negatif dari pernikahan dini idi Indonesia adalah risiko kematian ibu dan bayi sebesar 30%, 56% remaja perempuan mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan hanya 5,6% remaja dengan pernikahan dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin. Pernikahan dini tersebut juga berdampak terhadap kesehatan ibu dan anak, kasus yang marak terjadi ialah kasus pendarahan, kanker serviks, ko keguguran. kesulitan dalam melahirkan pada ibu yang hamil di usia muda. Sedangkan, dampak 2018. negatif terhadap sang bayi ialah mulai dari kemungkinan untuk lahir prematur, memiliki berat badan lahir rendah, kekurangan gizi, dan hingga kematian.
Jika ditinjau melalui dampak-dampak tersebut, pernikahan dini sangat perlu untuk dicegah sebagai tahap upaya mengurangi angka kesakitan hingga kematian bagi ibu dan anak. Menurut Pengadilan Agama (PA) Surabaya menyebutkan salah satu filter dalam rangka mencegah pernikahan dini, utamanya adalah dipihak orang tua, Dalam ilmu sosiologi, dipelajari bahwa ada empat agen perubahan social, yaitu keluarga, sekolah, pendidikan dan media masa. Dimana orang tua memiliki peranan vital dan utama dalam pembentukan keluarga yang harmonis.
Oleh karena itu orang tua memiliki peran yang sangat penting terhadap upaya pencegahan terjadinya pernikahan dini. Dimulai dari membangun komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak dan memberikan edukasi terutama mengenai seks bebas, dengan cara menepis kata tabu dari edukasi seks terhadap remaja di Indonesia. Hal tersebut perlu di ajarkan terhadap anak. meninjau saat ini remaja yang hidup di era globalisasi cenderung dapat dengan mudah mengetahui hal-hal ingin ia ketahui terutama dalam memahami konsep pacaran cenderung lebih cepat untuk mereka pahami dibanding dengan zaman dahulu. Bahkan situs-situs pornografi dapat dengan mudah mereka lihat melalui jejaring sosial tanpa diketahui orang tua, yang dimana seharusnya sebelum mereka hal tersebut orang tua sudah lebih dulu memberikan edukasi tersebut terhadap anak.
Angka Perceraian Naik, Ini Pendapat Psikolog
TEMPO.CO, Jakarta Angka perceraian terus naik setiap tahun. Psikolog lulusan Universitas Indonesia, Ajeng Raviando, menjelaskan, pada 2013-2015, angka perceraian di Indonesia meningkat sekitar 15-20 persen. Ada empat hal yang menjadi penyebab terbesar meningkatnya angka perceraian, yaitu hubungan yang sudah tidak harmonis, pasangan tidak bertanggung jawab, ada pihak ketiga, dan faktor ekonomi. Tidak hanya itu, suami-istri masa kini menghadapi tantangan yang berbeda dibanding pasangan generasi sebelumnya. Tantangan-tantangan tersebut juga menjadi penyebab meningkatnya angka perceraian suami-istri masa kini.
"Tahun pertama itu sudah bisa rentan karena penuh percobaan. Sebelum menikah, banyak ekspektasi dan tahun pertama mulai melihat realitasnya," kata Ajeng di Lotte Shopping Avenue, Jakarta Selatan, Senin, 1, 7 Mei
Ajeng mengatakan, setelah melewati lima tahun pertama dan menjelang 10 tahun bersama, juga ada cobaan lain, yaitu bosan karena rutinitas. Pasangan masa kini menghadapi tiga tantangan besar, Pertama, kesulitan melakukan komunikasi secara efektif."Sekarang sering terjadi phubbing, di mana kita tidak melakukan bicara face-to-face dan hanya sibuk dengan gadget masing- masing," ujar Ajeng