Mohon tunggu...
Fera Nuraini
Fera Nuraini Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Ponorogo. Doyan makan, pecinta kopi, hobi jalan-jalan dan ngobrol bareng. Lebih suka menjadi pendengar yang baik.\r\n\r\nMampir juga ke sini ya, kita berbagi tentang BMI\r\nhttp://buruhmigran.or.id/\r\ndan di sini juga ya \r\nwww.feranuraini.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[KCV] Menemukan Kembali Kekasih yang Hilang

14 Februari 2012   15:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:39 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13292326091235181422

Hujan semakin deras saja, gadis berusia 25 tahun itu masih terus berjalan menyusuri emperan toko. Waktu sudah menunjukan pukul satu pagi, perempuan muda itu belum juga pulang ke rumah. Entah apa yang ada dipikiranya. Sekujur tubuhnya terlihat basah, mulai dari rambut hingga baju yang dikenakannya.

Air mata yang membasahi pipinya dan padangan kosong menatap lurus ke depan, menandakan ia sedang mengalami masalah yang cukup berat.

Beberapa kaleng kosong yang dilewatinya, ditendang begitu saja sambil menundukan kepalanya. Dia mencari jawaban yang menghinggapi kepalanya.

Sambil berjalan, dia berpapasan dengan beberapa pria iseng yang kadang mengodanya. Tanpa mempedulikan mereka, ia terus melanjutkan langkahnya.

Tak berapa lama, terlihat ia sempoyongan dan  jatuh terkulai lemas di pinggir jalan. Seorang lelaki separuh baya menghampirinya lalu berteriak meminta tolong bagi pengendara dan pejalan kaki yang masih lalu-lalang di depan pertokoan.

Dia pun akhirnya digotong beberapa orang ke sebuah mobil pickup, lalu mobil itu meluncur menuju rumah sakit terdekat.

***

“Rani .. rani ! Kamu tidak apa-apa sayang ?” Suara seorang lelaki bertubuh tegap menghampirinya yang terkulai lemas di pembaringan rumah sakit.

“Maaf mas, kalau boleh tau anda siapa ?” Kata seorang suster yang kebetulan berada dalam ruangan ICU.

“Saya tunangannya suster ! Kapan gadis ini dibawa ke sini ?” Sambil bertanya, ia terus memandang tubuh tunangannya

“Oh anda tunanganya ? Gadis ini mengalami shock berat. Dia harus dirawat di sini. Semua fungsi tubuhnya baik, hanya saja dia kehilangan kesadaran. Kami masih melakukan observasi mencari tahu penyebab utamanya “

Setelah mendengar penjelasan suster, pria itu kemudian terlibat pembicaraan serius dengan beberapa suster jaga yang lain. Dia terlihat panik.  Sesekali dia menyalakan telepon genggamnya untuk mengubungi kerabat dekatnya.

“Hallo bu ! Rani di rumah sakit bu ! Saya ke sini ditelpon oleh rumah sakit. Ya.. memang sejak kemarin saya mencarinya. Dia tidak member kabar sedikitpun tentang keberadaanya. Tau-taunya saya menemukanya di sini. Ibu segera ke sini ya bu ! Saya takut Rani kenapa-napa !”

***

Rani, gadis berparas cantik yang terkulai lemas di rumah sakit adalah seorang manager pemasaran sebuah perusahaan jasa yang terkenal. Sudah tiga hari dia tidak terlihat di kantornya. Teman-teman dan beberapa pemimpin perusahaan sudah berusaha mencarinya. Oleh karena itu mereka menghubungi Rian tunangannya.

Rian yang kebetulan bekerja di kota yang berbeda, setelah dihubungi langsung menuju kota dimana Rani tinggal. Sebenarnya sudah tiga hari Rian berada di kota itu, namun yang dicari tidak ditemui. Dia menjadi bingung dan menghubungi keluarga Rani yang kebetulan sedang berada di luar negeri menghabiskan liburan panjang mereka.

Rian tidak menyangka, sejak pertengkaran empat hari yang lalu berujung dengan berita hilangnya Rani.

Sebenarnya masalahnya hanya sepeleh, Rani menginginkan Rian jujur mengenai seorang wanita yang ditemuinya beberapa bulan lalu ketika menemui Rian di kantornya. Wanita itu banyak bercerita tentang hubungan pertemanannya bersama Rian.

Awalnya Rani tidak menaruh curiga, namanya juga sahabat boleh saja mereka dekat. Namun ketika seorang sahabat lamanya bercerita tentang keberadaan Rian, dia mulai ragu tentang rencana mereka menikah tahun depan.

Isunya Rian telah hidup serumah dengan wanita yang dikenalnya itu. Ketika Rian ditanya mengenai hubunganya dengan wanita itu, Rian membantah dan menyalahkan Rani karena terlalu percaya omongan orang lain.

Pertanyaan Rani tidak dijawab Rian. Sebaliknya Rian justeru memarahinya. Inilah yang membuat Rani kesal dan terlibat pertengkaran empat hari yang lalu.

***

“Mas kapan kamu ke sini ? Aku dimana ini ?”  Rani mulai sadar dari pingsanya. Sambil memegang kepalanya, dia mengulangi kalimatnya  agar didengar oleh Rian. “Mas..mas Rian ! Aku sekarang dimana ? “

Mendengar suara Rani, Rian langsung menghampirnya dan membelai rabutnya. “Kamu di rumah sakit sayang.. Sudah jangan berpikir lagi, kamu harus istirahat. Nanti kita bicara besok,” sambil mengecup kening Rani, Rian memintanya untuk tidur kembali.

Rani menatap Rian dengan sendu kemudian berkata, “tidak mas ! Aku ingin pulang saja bersamamu. Aku tidak mau di sini. Aku ingin bersama mu  mas. Jangan tinggalkan aku !”

“Sudah-sudah Rani ! Kamu perlu dirawat di sini. Aku tidak akan kemana-mana. Aku akan menemanimu di sin,” Rian berusaha menenangkan Rani

“Mas aku mau bertanya sebelum aku tidur lagi. Boleh ?” Tanya Rani dengan lembut

“Boleh sayang ! Silahkan ”

“Aku ingin kamu katakana lagi, apkah kamu mencintaiku mas ?” Tanya rani kembali dan menatap serius wajah Rian

“Aku selalu mencintaimu sayang ! Sangat mencintai mu !” Jawab Rian sambil menciumnya kembali

Dengan tersenyum Rani mengucapkan terima kasih, lalu dia berusaha tidur kembali, namun tak mau melepaskan tanganya dari lengan Rian. Rian menatapnya dengan penuh cinta, seraya membelai rambutnya agar dia tenang dan dapat tidur kembali.

***

Sudah setengah jam Rian berada di sisi pembaringan Rani. Tadinya dia merasa tenang saja sambil memandang kekasihnya yang sudah terlelap dalam tidurnya.  Namun ada hal aneh yang dirasakanya, tangan Rani mulai terasa dingin dan kaku. Sambil Rani  melihat Electronic Fetal Heart Rate (FHR) yang melemah, Rian menjadi panik kemudian berteriak keras memanggil suster dan dokter jaga yang ada di ruangan ICU itu.

Rian disuruh untuk menunggu di luar. Suster beserta dokter bergegas menangani Rani, Tim medis melakukan observasi lengkap dengan berbagai perlatan yang dibawa merela.

Sambil menunggu cemas di luar ruangan, Rian terus menerus berdoa kemudian meremas-remas rambutnya, berusaha menenangkan diri.  Sesekali dia pangkit dari duduknya berusaha mengintip ke kamar perawatan Rani.  Dia menjadi gelisah sekali

Selang beberapa menit, terlihat tim medis keluar dari ruangan. Mereka terlihat cukup tenang dan menjelaskan apa yang sedang dialami oleh Rani.

“Mas kamu dimana ?” Terdengar suara kecil memanggil Rian. Diapun bergegas menghampiri Rani yang terlihat lemas sekali. “Mas, jangan takut ! Aku tidak akan meninggalkanmu, seprti kamu juga tidak akan pernah meinggalkan aku,” kata Rani dengan terbatah-batah.

“Sudah kamu tidur saja, jangan bicara lagi ! Aku menemanimu di sini”

Rani tersenyum kemudian berusaha menutup matanya ..

***

Pukul 7 pagi, ketika Rian kembali ke ruangan dimana Rani dirawat setelah mengurusi administrasi rumah sakit. Dia  menjadi heran, melihat kerumunan tim medis berada di ruangan Rani. Pikirannya menjadi tak karuan, dia berlari segara menuju ruang Rani.

“Saya dan mas Rian berencana untuk menikah tahun depan, saya ingin bapak ibu semua hadir dalam pernikahan kami….” Terdegnar suara Rani dari kejahuan

“ya ampun! Jantungku hapir saja copot ! “ Teriak Rian, disambut tawa tim mendis yang  memenuhi kamar gadis lincah itu. Dia sudah siuman dan segar kembali.

“Sudah tenang saja mas ! Rani hanya kecapean. Dia baik-baik saja. Selamat ya mas playboy !” Kata seroang perawat sambil senyum.

Ternyata si cerewet Rani sudah mulai berkicau menceritakan semua rahasia mereka di hadapan tim medis yang baru saja akan pulang setelah jam piket mereka selesai.

Dengan senyum gembira, Rian menghampir Rani lalu memeluknya. “Dasar kamu ! Gadis nakal !”

Sambil tertawa dan bertepuk tangan, tim medis itu kemudian meinggalkan ruangan. Membiarkan dua sejoli itu sendirian di sana.

“Mas, minggu depan kita nikah saja yuk !” Kata Rani dengan wajah berseri-seri

“Hahaha dasar kamu ! Kamu sudah membuat aku jantungan sejak 3 hari yang lalu. Ya, kita segera saja menikah. Sudah tak tahan lagi aku melihat kelakuanmu yang aneh !” Rian terlihat begitu bahagia mendapati tunagannya telah sehat dan bersemangat kembali.

_

Penulis : Valentino + Fera Nurani (No. 52)

Silahkan membaca juga hasil karya para peserta Kolaborasi Cerpen Valentine lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun