Mohon tunggu...
Fera Nuraini
Fera Nuraini Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Ponorogo. Doyan makan, pecinta kopi, hobi jalan-jalan dan ngobrol bareng. Lebih suka menjadi pendengar yang baik.\r\n\r\nMampir juga ke sini ya, kita berbagi tentang BMI\r\nhttp://buruhmigran.or.id/\r\ndan di sini juga ya \r\nwww.feranuraini.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Demo Hong Kong: Beda Pandangan Berakibat "Unfriend" dan Blokir Pertemanan

16 Oktober 2014   21:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:45 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14134509991797860097

[caption id="attachment_366930" align="aligncenter" width="640" caption="Di depan SOGO Causeway Bay"][/caption]



Aksi mahasiswa menduduki pusat pemerintahan Hong Kong di kawasan Admiralty untuk menuntut demokrasi langsung memasuki hari ke-19. Sampai hari ke-17 jalanan di kawasan Causeway Bay depan SOGO masih diduduki oleh massa, praktis kendaraan umum tidak bisa lewat dan semua arus lalu lintas dialihkan. Pun juga di daerah Central, Admiralty, dan Mongkok.Tadi malam saat makan bersama dengan semua keluarga majikan, bahan obrolan hampir semuanya ngomongin soal demo di Hong Kong. Kebetulan lagi keluarga ini tidak ada satu pun yang mendukung aksi demo karena menurut mereka aksi demo telah melumpuhkan perekonomian di Hong Kong dan membuat kacau lalu lintas. Kecuali anak majikan yang mahasiswa semester 5, dia sangat mendukung aksi kawan-kawannya tapi sayangnya dia sedang tidak di Hong Kong, dia mendapat jatah pertukaran mahasiswa ke Swedia selama 1 semester.


Meski di Swedia, dia tetap memberikan dukungan lewat Facebook ke teman-temannya yang sudah 2 minggu lebih berada di lokasi. Keluarga ini termasuk orang-orang yang sangat doyan berhaha-hihi di Facebook, termasuk informasi tentang demonstrasi yang lalu lalang di Facebook. Saat anak majikan share apa saja tentang aksi teman-temannya, keluarga yang lain kompak tidak LIKE apalagi komen. Lucu juga mendengar cerita mereka.


"Meski aku Papanya, aku sama sekali hak pernah LIKE apalagi komen di status dia."


"Aku juga, gak bakalan aku LIKE dan komen statusnya," timpal mamanya.


Kalau di Indonesia dukungan sempat terbelah antara Capres nomor 1 dan nomor 2 sampai ada yang blokir pertemanan atau bahkan tidak saling sapa saat bertemu karena beda pilihan, rupanya di Hong Kong hal ini juga terjadi. Saling unfriend dan saling blokir, saling sinis karena berbeda pandangan soal demokrasi pun tak kalah marak.


Hampir 3 jam saya menyimak obrolan seru mereka dan saling curhat satu sama lain karena di-unfriend temannya atau diblokir di media sosial. Bahkan keluarga ini bersyukur karena anak majikan saya di Swedia, kalau di Hong Kong, dipastikan dia akan ikut turun ke jalan bersama teman mahasiswanya.


Selain kasus unfriend dan blokir, menyimak obrolan mereka saya jadi tahu rupanya keberpihakan media juga begitu kentara di Hong Kong. TVB sebagai stasiun TV yang sangat besar di Hong Kong cenderung condong membela pemerintah. Sedangkan Cable TV yang 24 jam nonstop isinya berita cenderung membela mahasiswa. Beda lagi dengan koran, Apple Daily atau Kantonisnya Bengko Po membela mahasiswa, dan beberapa koran lain, dan ada juga koran yang condongnya ke pemerintah.


"Tolong, untuk beberapa minggu ke depan jangan beli koran Bengko," kata menantu Nenek karena geram dengan isinya.


"Aku gak nyetel Cable TV lagi sekarang," curhat anak Nenek yang nomor dua.




Acara rasan-rasan itu semakin seru saat menyebut nama Lee Cheuk Yan. Dia adalah anggota legislatif  Hong Kong yang prodemokrasi dan sangat mendukung gerakan mahasiswa yang dimotori oleh Joshua Wong. Selain anggota legislatif, Lee Cheuk Yan juga menjadi Sekjen  Hong Kong Confederation of Trade Unions (HKCTU) di mana organisasi BMI, yakni IMWU menjadi salah satu anggotanya.


"Paling benci sama orang ini. Kemarin aku ketemu dia waktu makan siang di restoran, haduh rasanya kok pengen nampar mukanya," curhat anak Nenek yang paling besar dan disambut tawa saudara-saudaranya, sedang saya hanya senyum-senyum menyimak obrolan mereka.


Kabar tadi malam bahwa kawasan Mongkok akan disterilkan dari segala makan atribut demo santer terdengar. Siang ini saat melihat berita di TV ternyata massa masih lumayan banyak sehingga polisi kembali menyemprotkan beberapa kali bubuk merica saat kondisi mulai ricuh.




Aksi hampir 3 minggu dan tuntutan mereka belum dipenuhi oleh pemerintah. Polisi sepertinya sudah mulai hilang kesabaran. Kemarin malam ada yang dipukuli sampai babak belur oleh 6 anggota polisi. Mahasiswa masih tetap dengan senjata semula, payung, kacamata, masker, botol air, tidak ada senjata tajam.


Para volunteer masih setia menyumbang makanan atau minuman ke tenda-tenda kumpulan massa, meski jumlahnya tidak sebanyak minggu pertama, saat jam pulang kantor massa yang ada lebih banyak dibanding saat jam kerja. Yang siang hari kerja, malamnya ikut gabung untuk terus memberikan dukungan. Dan para pekerja harus tetap berangkat lebih pagi kalau tidak ingin telat masuk kantor.


Ada celetukan dari teman-teman bahwa demo di Hong Kong ini unlimited karena akan berlangsung sampai kapan, kita sama sekali tidak tahu. Sejauh ini aksi di Hong Kong belum berdampak terhadap pekerja migran.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun