Minggu 22 Juni 2014, bertempat di Lapangan Rumput Victoria Park, Hong Kong, Debat Calon Presiden RI Ke-7 yang diinisiatifi JBMI dan Komite Pendidikan Pemilu untuk BMI di Hong Kong dan Macau didukung oleh Migrant Care digelar dengan penuh kemeriahan. Kedua Capres datang diwakili oleh Team Suksesnya yang langsung datang dari Jakarta, dari kubu Prabowo-Hatta diwakili Yoga Dirga Cahya dan dari kubu Jokowi-JK diwakili oleh Eva Kusuma Sundari. Tidak kurang dari 2000 orang Indonesia di Hong Kong yang mayoritas dari buruh migran menyaksikan acara ini. “Setiap Pemilu, buruh migran selalu dijadikan objek untuk memilih semata tetapi tidak pernah dipahamkan visi-misi pihak-pihak yang sedang mencalonkan diri sebagai pemimpin RI. Buruh migran harus kritis dan menjadi pengawal serta pengawas bagi pelaksanaan program kerja Presiden mendatang” jelas Eni Lestari selaku ketua panitia acara. Debat yang diadakan dari pukul 3.30 – 5.30 sore ini mengangkat tema “Apa program mereka untuk menjawab persoalan rakyat dan perlindungan buruh migran Indonesia?”. Acara ini diharapkan bisa menjadi ajang politik bagi buruh migran khususnya di Hong Kong tentang program kerja dari kedua Calon Presiden. Sekaligus untuk mendidik kedua Calon Presiden melalui TimSesnya tentang masalah-masalah kongkret yang dihadapi buruh migran diluar negeri. Debat PilPres ini dimoderatori oleh Fahmi Panimbang dari Asian Monitor Resource Centre (AMRC) yang dibagi dalam lima sesi. Untuk sesi pertama dipandu dua penanya yaitu Answer Styannes dari Asian Human Rights Commission (AHRC) dan Rudi HB Daman, Ketua Umum GSBI dan Koordinator Front Perjuangan Rakyat (FPR). Kedua penanya melempar pertanyaan terkait situasi umum nasional yang berdampak kepada buruh migran yaitu perwujudan kemakmuran rakyat, perbaikan kondisi ketenagakerjaan, penciptaan lapangan kerja dan perlindungan sejati bagi buruh migran dan keluarganya. Untuk sesi kedua dipandu dua penanya yaitu Anis Hidayah, Direktur Migrant Care, dan Sringatin, Ketua IMWU dan Juru Bicara JBMI membahas masalah mendesak buruh migran dan keluarganya. TimSes diminta untuk menjelaskan program mereka terkait perlindungan buruh migran yang tidak melibatkan PPTKIS dan Agen agar tidak menjebak lagi ke berbagai pelanggaran. Pertanyaan lainnya tentang program terhadap ASEAN Economic Community yang akan diresmikan tahun 2015 mendatang dan berdampak kepada persaingan buruh migran serta perlindungan. Untuk sesi ketiga yang dipandu Romo Waris Susanto dari Keluarga Katolik Indonesia (KKI) memberi waktu kepada kedua Tim Sukses untuk saling bertanya. Sesi keempat adalah pertanyaan langsung dari penonton terhadap kedua Timses dan sesi terakhir adalah closing statement dari masing-masing kubu. Debat di Hong Kong ini tak kalah seru dari debat-debat yang diselenggarakan oleh KPU. Kedua kubu Tim Sukses, Prabowo maupun Joko Widodo, bertarung visi-misi dan ditantang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kongkret yang diajukan oleh moderator dan penonton. Dari pemaparannya, pihak Jokowi-JK melalui Eva Kusuma Sundari dalam masalah-masalah nasional menitik beratkan pada soal revolusi mental, trisaki Bung Karno, kedaulatan pangan dan proses pembangunan yang akan dijalankan sepenuhnya untuk diabdikan dalam meningkatkan kesejateraan rakyat dan bukan untuk angka pertumbuhan ekonomi. Eva juga memastikan akan mencabut KTKLN, merevisi UUPPTKILN No. 39/2004, mempriotitaskan perlindungan dan BMI yang dikirim minimal berpendidikan SMA, merombak dan memperbaiki BNP2TKI termasuk kedutaan (KJRI) di berbagai negara, memberantas calo TKI dan membubarkan terminal khusus TKI. Sementara di kubu Prabowo-Hatta melalui Yoga Dirga Cahya menekankan pada soal akan menyelamatkan kebocoran penguasaan sumberdaya alam oleh asing, ketahanan pangan dan 1 milyar rupiah untuk desa. Menanggapi pertanyaan dari salah satu buruh migran yang hadir mengenai apa yang dapat dilakukan Prabowo-Hatta untuk BMI purna seandainya terpilih, Yoga menjanjikan akan menyediakan kredit usaha kerja bagi BMI purna, serta menyediakan beasiswa bagi anak-anak dari BMI yang masih aktif bekerja di luar negeri. “Acara debat ini bukan untuk mendukung salah satu Capres atau mendorong buruh migran yang ingin golput untuk tidak golput. Tetapi murni untuk memberi pendidikan politik bagi buruh migran agar paham visi-misi dan program kerja dalam menjawab kepentingan rakyat dan burun migran. Kami paham di Hong Kong ini buruh migran ada yang mendukung Prabowo Hatta dan mendukung Jokowi-JK termasuk ada yang tidak mendukung kedua-duanya. Mudah-mudahan acara ini membantu untuk memantabkan pilihan masing-masing, apapun itu pilihannya. “ tegas Eni. Debat telah direkam dan akan disebarkan secara terbuka di youtube agar buruh migran di negara-negara lain juga bisa menyaksikan langsung janji-janji kedua Capres kepada buruh migran. “Siapapun yang berkuasa, kami pasti akan menagih janji-janji mereka. Setiap tahun kami akan mengadakan evaluasi periodik untuk menilai kinerja pemerintahan mendatang terkait perlindungan buruh migran” papar Eni di akhir orasinya. Debat ini diselenggarakan bersamaan dengan Ulang Tahun Liga Pekerja Migran Indonesia (LiPMI) ke-4 yang menampilkan berbagai perlombaan antara lain band buruh migran, tari tradisional dan fashion show busana muslimah. Kali ini, LiPMI mengangkat tema "Tingkatkan persaudaraan dan bersatu dalam aliansi, untuk memperjuangkan keadilan buruh migran”. “Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, kami tidak bisa menyandarkan perubahan terhadap kondisi buruh migran hanya dari presiden RI berikutnya. Siapapun yang berkuasa, perubahan kondisi buruh migran sangat ditentukan oleh persatuan dan perjuangan buruh migran itu sendiri melalui organisasi-organisasi dan aliansi-aliansinya. Referensi: Eni Lestari (+852 96081475)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H