Mohon tunggu...
Fera Nuraini
Fera Nuraini Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Ponorogo. Doyan makan, pecinta kopi, hobi jalan-jalan dan ngobrol bareng. Lebih suka menjadi pendengar yang baik.\r\n\r\nMampir juga ke sini ya, kita berbagi tentang BMI\r\nhttp://buruhmigran.or.id/\r\ndan di sini juga ya \r\nwww.feranuraini.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bertahan Demi Anak Meski Suami Selingkuh

31 Desember 2012   03:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:46 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lika-liku dunia Tenaga Kerja Wanita di luar negeri sangat berwarna. Banyak sudah yang membahasnya. Tentang suka maupun duka, tentang bahagia maupun nestapa. Saat saya pulang liburan (26-12-2012) ada seorang Buruh Migran Indonesia (BMI) yang kebetulan satu flat dengan saya bercerita tentang polah tingkah suaminya saat dia tinggal menjadi BMI di Hong Kong selama 12 tahun.


Awal-awal di Hong Kong, suaminya sangat baik, penurut dan tidak pernah macam-macam. Bisa mengelola keuangan yang dia kirim ke rekening suaminya. Membangun rumah, membeli sawah, membeli motor dan menyekolahnya ketiga anaknya.


Badai mulai terlihat saat dia, sebut saja namanya Sumi enam tahun di Hong Kong. Suaminya mulai berulah. Di luar rumah sering main dengan perempuan lain dan juga main judi. Duhh, tentu saja hancur hatinya Sumi. Namun tetap setiap bulan Sumi mengirim uang ke rekening suaminya untuk biaya sekolah anaknya. Saat anaknya sudah memiliki rekening sendiri, kiriman Sumi pindah ke rekening anaknya dan tidak lagi mengirim ke rekening suaminya. Namun tetap saja si bapak meminta uang ke anaknya. Tega banget ya si bapak.


Ini tahun keenam Sumi masih bertahan dengan polah tingkah suaminya yang belum juga sadar dengan ulahnya yang suka main perempuan. Sumi beralasan semua demi anak. Sumi tidak ingin anaknya mempunyai orang tua yang tak lengkap. Alasannya "biarlah suamiku kayak gitu, aku gak ngurus. Penting anakku bisa sekolah terus. Penting duitku gak jatuh ke suamiku." Ungkapnya.


Hubungan Sumi dan suaminya pun hanya sebatas demi anak mereka. Mereka jarang berkomunikasi. Sumi beralasan sudah males dengan prilaku suaminya, tapi untuk memutuskan cerai, Sumi masih mikir-mikir karena kasian dengan anak-anaknya.


Dilema seorang istri yang punya niat mulia. Ingin memperbaiki ekonomi keluarga dengan menjadi BMI di luar negeri tapi suaminya malah menjadi benalu dalam rumah tangganya sendiri. Selain menyalahgunakan uang hasil jerih payah istri, suami juga tega menghianati pernikahan mereka dengan main perempuan lain.


Saat saya tanya, sampai kapan bekerja di Hong Kong? Apa tidak ingin pulang seterusnya dan mengurusi anak-anaknya? Sumi mendesah panjang. Dia bingung karena kalau pulang otomatis penghasilan bulanan tidak menentu. Mengharapkan suami juga kayak gitu. Bisanya menghabiskan tapi tidak bisa mencari.


Dunia BMI memang terbalik. Istri mencari nafkah sedang suami yang mengurus rumah tangga. Kalau saja suami bisa menjadi bapak rumah tangga yang baik saat istri bekerja di luar negeri, saya kira tidak akan menjadi masalah, meski tetap saja pandangan orang akan berbeda karena harusnya suami yang bekerja dan istri yang stanby di rumah


Ini juga menjadi cermin buat para BMI single dimanapun :D mumpung masih single, puas-puasin kerja mencari bekal buat masa depan nanti. Saat sudah menjadi ibu rumah tangga, kalau bisa kita fokus mengurus rumah tangga, menjadi ibu dan istri yang baik di rumah. Mencari pemasukan tanpa harus mengurangi intensitas kita sebagai ibu rumah tangga (duh, bahasanya)


Semoga mendapat suami yang bertanggung jawab dalam semua hal. Mendapat suami yang setia sampai akhir hayat. Berharap tidak ada Sumi-sumi lain di dunia BMI kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun