Mohon tunggu...
Fera Nuraini
Fera Nuraini Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Ponorogo. Doyan makan, pecinta kopi, hobi jalan-jalan dan ngobrol bareng. Lebih suka menjadi pendengar yang baik.\r\n\r\nMampir juga ke sini ya, kita berbagi tentang BMI\r\nhttp://buruhmigran.or.id/\r\ndan di sini juga ya \r\nwww.feranuraini.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menjadi Pribadi Lebih Baik Saat Bekerja di Hong Kong

29 November 2012   03:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:30 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas adalah ungkapan seorang Buruh Migran Indonesia (BMI) yang bertemu dengan saya waktu kami sama-sama singgah di toko Malaysia daerah Causeway Bay, Minggu, 25-11-2012.

Umurnya kira-kira 30 tahun lebih, perawakannya mungil dengan senyum lepas yang selalu tersungging. Dia bercerita kalau di Hong Kong sudah 4 tahun, sebelumnya 2 tahun bekerja di Singapura. Sayangnya saya lupa menanyakan nama dan asalnya.

"Waktu di Singapura, aku rusak, mbak." Katanya sambil memilih-milih jilbab.

"Rusak gimana." Tanya saya.

"Aku tidak kenal sholat, sifat saya keras dan ingin menang sendiri. Majikan saya termasuk galak juga, jadi rasanya seperti pelampiasan." Curhatnya.

"Tapi sekarang enggak kan?" Tanya saya lagi.

"Alhamdullilah, di Hong Kong aku merasa jauh lebih baik." Katanya

Lalu dia kembali bercerita kalau Hong Kong telah mengubah dirinya menjadi pribadi yang jauh lebih baik ketimbang saat bekerja di Singapura. Di Hong Kong bisa sholat, ngaji, menghadiri pengajian, menyerap ilmu agama sebanyak-banyaknya dan yang paling membuatnya bahagia adalah dia bisa memakai jilbab saat libur. Selain itu, gajinya setiap bulan juga bisa dia kumpulkan, untuk keluarga dan menabung untuk dirinya sendiri. Waktu di Singapura kerja 2 tahun, gaji menguap entah kemana, tambahnya.

Hong Kong memang membawa banyak cerita tentang lika-liku kehidupan BMI. Banyak yang awalnya tidak tahu apa-apa menjadi paham banyak hal setelah bekerja di Hong Kong, banyak hal dalam nilai positif tentunya. Meski tak bisa dimungkiri, hal negatif juga ada yang singgah di kalangan BMI.

Sama seperti saya. 2 tahun pertama adalah ujian paling berat. Sholat dan ngaji menjadi suatu kemustahilan. Dan keadaan itu berbalik setelah saya ganti majikan baru sampai saat ini. Alhamdullilah, Allah selalu adil terhadap umat-Nya.

Untungnya Hong Kong memberi kebebasan dan sangat menghargai perbedaan. Banyak yang heran "mungkin" saat hari libur melihat BMI lalu-lalang di kawasan Causeway Bay dan kawasan lain yang menjadi pusat libur BMI. Tentu beda jauh dengan negara tujuan BMI di kawasan Timur Tengar atau Malaysia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun