Mohon tunggu...
Fera Nuraini
Fera Nuraini Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Ponorogo. Doyan makan, pecinta kopi, hobi jalan-jalan dan ngobrol bareng. Lebih suka menjadi pendengar yang baik.\r\n\r\nMampir juga ke sini ya, kita berbagi tentang BMI\r\nhttp://buruhmigran.or.id/\r\ndan di sini juga ya \r\nwww.feranuraini.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pedagang Galak Plus Jutek, Tinggalkan Saja!

25 April 2012   04:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:08 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah bertemu dengan pedagang yang galak, jutek, sinis dan suka marah? Entah pedagang baju, makanan dan lainnya. Bagaimana perasaan anda saat bertemu dengan pedagang seperti ini?

Minggu kemarin saat saya dan Ani sedang jalan-jalan di pasar kawasan Jordan untuk melihat-lihat baju, sepatu dan lainnya barang kali saja ada yang cocok, kami mampir di kios baju kusus perempuan. Waktu sedang milih-milih dan merasa ada yang cocok, kami bertanya ke pedagang harganya berapa. Setelah tahu, baju digantung kembali lalu melihat model lainnya. Penjualnya mengambil baju untuk kami sambil berkata, "ini aja yang agak murah." Karena kurang sreg dengan warna dan modelnya, kami pun menolak dengan halus, tapi dengan judesnya pedagang tadi berkata, "aku tu tahu kalau kamu gak bakal mampu beli baju ini."

Sebenarnya hal seperti ini bukan pertama kali saya alami dan mungkin kawan lain yang di Hong Kong juga pernah mengalami hal yang sama. Akhirnya saya dan Ani meninggalkan pedagang tersebut dengan perasaan agak dongkol. Duh, mentang-mentang kungyan, dikiranya gak bisa beli baju harga 100-an dolar.

Sepanjang jalan kami terus ngobrol untuk membahas pedagang judes bin jutek tadi. Memang di Hong Kong masih ada pedagang yang memerlakukan pembeli berbeda-beda. Saat tokonya dimasuki para PRT (Indonesia dan Filiphina), pedagang ada yang jutek dan sama sekali tidak bersahabat. Jangankan menegur, saat ditanya saja jawabnya ogah-ogahan. Beda kalau yang masuk orang Hong Kong atau para bule, dengan ramah dilayani dan diperlakukan layaknya raja.

Sebaliknya, ada juga pedagang yang sangat ramah dan sangat bersahabat dengan kami-kami ini. Saat lama tidak berjumpa, mereka merangkul pundak kami seperti saudara yang lama tidak bertemu. Saya jadi ingat dengan mantan majikan saya yang juga seorang penjual. Meskipun dia di rumah galaknya minta ampun, namun saat berjualan sangat ramah dan baik terhadap siapapun. Bahkan punya banyak teman dari Indonesia dan belajar sedikit demi sedikit bahasa Indonesia dari mereka. Kalau pas "baik" di rumah, dia minta saya untuk mengajari bahasa Indonesia, alasannya biar tambah banyak teman dari Indonesia dan bajunya laris dibeli oleh mereka.

Kembali ke pedagang jutek. Tidak seharusnya seorang pedagang sampai mengeluarkan kata-kata "kamu tidak mampu beli" terhadap seorang calon pembeli karena ini sama saja dengan melecehkan. Meskipun kadang orang mampir ke toko baju hanya untuk melihat-lihat saja, seharusnya sikap pedagang tetap ramah dan bersahabat. Kalau awalnya saja sudah jutek dan galak, jangan harap dagangannya laku. Jangankan beli, orang yang sudah tahu perlakuan pedagang yang seperti ini pasti tidak akan masuk untuk ke dua kalinya lagi.

Saya sendiri lebih memilih segera meninggalkan toko tersebut saat mendapati pedagang jutek dan galak dan berjanji untuk tidak akan kembali lagi di lain waktu. Masih banyak pedagang yang ramah dan baik hati terhadap pembeli, tanpa melihat yang mau beli siapa dan profesinya apa.

Pedagang yang baik saat melayani pembeli, pasti didoakan oleh pembeli semoga dagangannya laku dan untung banyak (biasanya setelah dikasih harga murah :D). Sedang pedagang yang galak dan jutek, doa yang dia dapat pasti sebaliknya, "jualan kok jutek, tak doain dagangan lo gk laku" (kira-kira seperti ini).

Selelah dan secapek apapun seorang pedagang, tidak seharusnya pelayanan yang baik itu berubah menjadi buruk.

Bagaimana menurut anda

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun