[caption id="attachment_164772" align="aligncenter" width="574" caption="matanews.com"][/caption]
Disaat banyak iklan beterbangan mengajak kita untuk lebih mencintai produk dalam negeri, ternyata di sebuah gedung yang berisi para wakil rakyat justru sedang berpesta dengan milyaran rupiah untuk membeli kursi seharga puluhan juta per-kursinya. Tak tanggung-tanggung kursinya pun buatan luar negeri, Jerman. Seharusnya mereka ini yang menjadi pelopor untuk rakyatnya, mengajak untuk lebih mencintai produk lokal bukannya malah menggunakan produk impor yang harganya sungguh sangat menyakitkan.
Kursi impor dari Jerman yang digunakan untuk duduk para Anggota Dewan di Banggar ini sama saja dengan pelecehan terhadap produk sendiri. Pelecehan nyata terhadap para pengrajin kita. Bukankan di negeri ini banyak sekali usaha-usaha dibidang properti yang hasilnya tak kalah jauh kwalitasnya dengan produk luar negeri? Kalau para petinggi negeri ini terang-terangan menggunakan produk luar negeri, dengan uang milik rakyat, lalu kapan produk dalam negeri ini bisa maju?
Saya tidak habis pikir, apa istimewanya kursi itu. Bisa diputar, bisa disetel sesuai keinginan si pengguna, empuk, bahannya dari kayu yang bagus? Produk kita tidak kalah bagus dengan produk luar. Penggunaan kursi impor sungguh sangat menyakitkan dan sama saja dengan pelecehan terhadap produk lokal. Disaat anak-anak SMK sedang semangat-semangatnya merakit mobil sendiri untuk bisa bersaing dengan produk luar negeri, kok tega-teganya para wakil rakyat itu dengan tidak punya perasaan justru mengimpor barang buatan luar negeri.
Percuma koar-koar mau memperbaiki ekonomi negeri ini kalau nyatanya malah justru jadi pembunuh perekonomian dalam negeri sendiri. Dengan impornya kursi dari luar negeri oleh DPR, ini sudah menjadi bukti bahwa justru para wakil rakyat inilah sebenarnya yang sedikit demi sedikit menjadi pembunuh perekonimian bagi para pengusaha lokal dalam negeri.
Para wakil rakyat benar-benar sudah tidak punya rasa kasian sama sekali terhadap wong cilik. Dengan para pengrajin yang bisa membuat kursi untuk mereka duduki saja tidak mau peduli, malah melecehkan dengan mengimpor buatan luar negeri, pantaslah kalau terhadap rakyat yang kelaparan, yang tidak mempunya tempat tinggal, yang putus sekolah dan bahkan tidak bisa sekolah, yang sakit tidak bisa berobat, mereka sama sekali sudah tidak peduli.
Masih pantaskah mereka disebut wakil rakyat? Tidak malukah mereka menyebut diri sebagai wakli rakyat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H