[caption id="attachment_122837" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi (warisan-srikandi.blogspot.com)"][/caption]
Ini cerita seorang teman sesama Buruh Migran Indonesia [BMI] Hong Kong yang baru saja cuti pulang ke tanah air.
Teman saya  sudah 8 tahun bekerja di Hong Kong, dan ini adalah kontrak dia yang ke 5. Majikan memberi cuti selama 3 minggu untuk liburan di kampung. Sama seperti saya dan teman BMI HK kebanyakan yang waktu berangkat ke HK tidak punya Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri [KTKLN] dan [sekarang] diharuskan untuk memiliki kartu yang katanya pintar ini.
Sebelum pulang ke tanah air, kami sering telponan untuk membahas soal bagaimana cara mendapatkan KTKLN. Teman saya yang  jarang libur  termasuk ketinggalan informasi tentang KTKLN. Saya yang punya nasib sama, jarang libur juga tapi Alhamdullilah ada kesempatan untuk mengikuti informasi up to date setiap hari, termasuk saat teman BMI pada heboh membicarakan KTKLN di dunia maya mencoba membagi informasi ke dia.
Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, tentangKTKLN yang menjadi hantu baru bagi BMI. Teman saya ini juga merasa takut saat akan pulang kampung. "Bagaimana ngurusnya? Aku malas kalau harus wira-wiri ke Surabaya, capek." Ini curhat teman saya sebelum berangkat. Saya katakan ke dia "kita harus punya kartu ini, kalau tidak, kita gak boleh terbang lagi ke Hong Kong, atau kalau mau suruh bayar beberatus ribu di bandara. Kamu mau? " tanya saya. "Ogah, enak aja, memangnya nyari duit gampang apa?" jawabnya.
Akhirnya, setelah saya berbagi cerita tentang beberapa BMI yang harus bayar sekian ratus ribu, ada yang gagal berangkat dan harus bersitegang dengan petugas bandara, teman saya mau juga mengurus kartu ini. "Pengen tahu sebenarnya kayak apa sih kartunya, dan gunanya nanti buat apa?" katanya lagi saat saya telpon sewaktu sudah tiba di tanah air.
Teman saya rumahnya Ponorogo dan mengurus KTKLN ke Surabaya. Berangkat dari rumah jam 12 malam naik bus, sampai di terminal Surabaya pukul 6 pagi. Kemudian naik taxi menuju ke kantor BNP3TKIJl. Jagir Wonokromo No 358 Surabaya. Jam 7 pagi kantor sudah buka, mengisi formulir lalu antri dan baru jam 5 sore dia keluar dari kantor tersebut lalu pulang ke Ponorogo sampai dirumah jam 2 dini hari. Saat saya tanya "kok lama banget? masa seharian di kantor BNP3TKI?" Teman saya menjawab "yah, tau sendirilah, sudah antrinya buuuaaannyaaakkk, petugasnya sedikit dan kerjanya sangat lambat, mana panas lagi. Sebenarnya sih cepet ngurusnya, bayar Rp 290 ribu, cuma antrinya yang lama." jawabnya. Selain BMI yang cuti, para CTKI yang baru juga banyak yang antri untuk mengurus KTKLN.
Seperti  yang kita ketahui bahwa Jawa Timur termasuk wilayah pengirim TKI terbanyak selain Jawa Barat dan NTB. Bisa dibayangkan sendirilah bagaimana antrinya setiap hari kantor BNP3TKI ini. Apalagi kalau petugasnya hanya sedikit, tentu antrinya juga akan bertambah lama dan panjang.
Entah berapa puluh bahkan ratusan saran dan masukan dari para BMI untuk memberi kemudahan dalam pengurusan KTKLN hanya dianggap angin lalu oleh pihak BNP2TKI yang mengeluarkan kebijakan ini. Apasih susahnya membuka konter di Bandara Internasional demi memudahkan kami para BMI yang katanya pahlawan devisa ini untuk membuat KTKLN? Jangan curhat dan mengeluh karena tidak ada dana atau kekurangan petugas, tolonglah kami.
Jauh-jauh mengais rejeki, mendapat gelar yang sama sekali tak ada artinya, toh sampai ditanah air sendiri tetap saja di suruh pontang-panting demi sesuatu yang tidak jelas kegunaannya karena sama sekali kami tidak mendapatkan sosialisasi tentang hal ini. Tolong dong, jangan bodohi kami untuk kesekian ratus kalinya. Kami sudah capek, lelah, ingin saat pulang kampung berkumpul dengan keluarga tanpa harus memikirkan ketakutan karena tak punya kartu hantu ini.
__