Perkembangan IPTEK yang sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, memicu lembaga pendidikan harus mampu
mengupayakan program pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak, perkembangan zaman, dan kebutuhan siswa. Perkembangan zaman di era sekarang membutuhkan siswa mempunyai sikap kritis, kreatif, serta problem solver. Nah, untuk menjadikan manusia yang kreatif, kritis, dan pemecah masalah tidaklah mudah. Oleh karena itu, seperti yang sudah kita bahas pada artikel yang lalu, kita sebagai calon pendidik harus mengetahui bagaimana cara pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang bertujuan dalam dunia pendidikan.
Lalu pendidikan yang bagaimana dapat menjadikan siswa kita menjadi kritis, kreatif dan mampu menjadi problem solver nantinya? Kurikulum harus dirancang sedemikian rupa agar guru dalam membelajarkan pelajaran melibatkan aktivitas siswa atau dengan kata lain siswa sebagai subjek pembelajaran. Dari situ siswa akan bertemu dengan suatu permasalahan, kemudian siswa mencari pengetahuan (eksplorasi) dan didiskusikan dengan siswa lain maka terjadilah adu pendapat dan sampai akhirnya menemukan jawaban dari masalah sehingga siswa sampai pada menyimpulkan. Dengan model pengajaran ini dapat menjadikan siswa selalu ingat dan terngiang selalu karena mereka melakukannya sendiri, selain itu mereka mampu menciptakan pendapat serta mempertahanakan pendapatnya.
Pembelajaran berfikir kritis dapat dilakukan dengan siswa belajar observasi (media observasi, anak yang berpikir kritis dapat menemukan dan mempertanyakan objek-objek yang tidak dipahaminya. Ia juga dapat menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan pengetahuan atau pengalaman yang dimilikinya), belajar dengan pengandaian (media pengandaian, anak dapat mengandaikan dan menemukan kemungkinan-kemungkinan baru atau lain berdasarkan pengandaiannya), belajar tentang kemungkinan-kemungkinan baru (kegiatan menemukan kemungkinan-kemungkinan kegunaan lain dari benda-benda anak dapat mengemukan berbagai kemungkinan kegunaan dari sebuah benda), belajar menemukan kesalahan, bahkan melengkapi cerita.
Siswa yang berfikir kritis, keatif, dan problem solver merupakan anak yang dapat menyeimbangkan antara belahan otak kanan dan otak kirinya. Otak kanan bertanggungjawab dalam hal imajinasi, kreativitas, seni, music, inovasi, daya cipta, intuisi, otak bawah sadar, keikhlasan, kebahagiaan, spirit, keuletan, kejujuran, keindahan dan lain-lain. Sedangkan tugas otak kiri adalah yang selalu berhubungan dengan angka-angka, bahasa analisa, logika, intelektual, ilmu pengetahuan. Teori yang berkenaan dengan belahan otak disebut Hemisphere.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H