Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jujur adalah lurus hati, tidak curang, dan kejujuran adalah kelurusan hati, ketulusan hati. Kejujuran mencegah orang memalsukan informasi atau memanfaatkan kelemahan orang lain. Ini membantu membangun keadilan dan kesetaraan bagi semua orang dan kelompok dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan Pancasila sila ke-2 "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab" yang menekankan nilai kesetaraan dan kebebasan untuk menentukan identitas diri yang baik.
Nilai kejujuran harus diajarkan sejak usia dini. Penting untuk mengajarkan kepada siswa/i bahwa kejujuran adalah hal yang dihargai dan penting. Misalnya, ketika mereka menghilangkan pena temannya, penting untuk mengajarkan mereka untuk mengakui perbuatannya dan meminta maaf. Integritas, tanggung jawab, dan menghargai orang lain semua dapat dikembangkan dalam diri siswa dengan menanamkan kejujuran dalam diri mereka sejak dini  menurut Drs. Johari Efendi, M.Pd yang merupakan Widyaiswara Madya LPMP Aceh. Siswa biasanya memiliki reputasi sebagai orang yang terhormat dan dapat dipercaya di antara teman, keluarga, dan lingkungan sekitar mereka. Mengajarkan kejujuran pada siswa adalah tanggung jawab bersama orang tua, keluarga, guru, dan masyarakat secara umum. Namun, yang paling berperan besar dalam menanamkan sikap kejujuran pada siswa adalah lembaga pendidikan seperti, karena sistem pendidikan di sekolah terarah dan siswa di Indonesia banyak menghabiskan waktunya di sekolah.
Sistem pendidikan yang terarah dengan kejujuran akan memasukkan kejujuran sebagai salah satu komponen penting dalam kurikulum dan materi pelajaran. Seperti di kelas pendidikan kewarganegaraan, agama, matematika, dan hampir seluruh mata pelajaran membutuhkan sikap kejujuran. Siswa akan belajar tentang nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari mereka di sekolah dan bagaimana menggunakannya dalam berbagai konteks. Sekolah juga membantu siswa untuk belajar apa itu kejujuran melalui aturan yang jelas karena sekolah memiliki aturan dan prosedur untuk menangani pelanggaran kejujuran. Misalnya, jika siswa terbukti melakukan kecurangan saat mengerjakan tugas atau ujian, mereka akan diberi sanksi atau konsekuensi. Ini membantu siswa memahami konsekuensi negatif dari bertindak tidak jujur dan mendorong mereka untuk bertindak jujur. Selain itu, mencontek merupakan tindakan yang tidak terpuji atau tidak jujur dalam dunia pendidikan. Pengawasan yang benar dalam ujian juga diperlukan agar siswa-siswi tidak bertindak curang atau dapat berperilaku jujur. Contohnya, seorang siswa akan terbiasa mencontek apabila tidak diawasi dengan benar. Dengan pengawasan yang efektif, siswa menjadi lebih sadar akan konsekuensi menyontek dan lebih cenderung meng urungkan niat mereka untuk mencontek.
Anak-anak di Indonesia banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Data yang dikumpulkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar sekolah di Indonesia mengikuti pola jam pelajaran sebanyak rata-rata 8 jam per hari. Dalam hal kejujuran, guru memiliki peran penting sebagai contoh dan teladan bagi siswa. Siswa cenderung meniru perilaku guru ketika mereka bertindak dan berbicara jujur. Di sekolah, guru memegang posisi otoritas. Mereka adalah otoritas yang dihormati dan diyakini oleh para murid. Siswa memandang guru sebagai sumber inspirasi dan panutan yang dapat dipercaya ketika mereka menunjukkan kejujuran dalam semua aspek kehidupan mereka. Selain itu, tindakan-tindakan nyata yang mengajarkan kejujuran pada anak kebanyakan ada di sekolah, seperti aturan plagiarisme, interaksi dengan teman dan guru, pencontekkan, absen, dan kejujuran jika membuat permasalahan dalam sekolah. Lembaga pendidikan juga dapat bekerja sama dengan orang tua untuk mengajarkan anak atau siswa tentang tata krama dan perilaku jujur yang baik. Dengan saling mendukung, lembaga pendidikan dan orang tua dapat menciptakan konsistensi dalam mengajarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan siswa atau anak mereka.
Jadi, kejujuran memiliki peran yang penting dalam membentuk masyarakat yang adil dan beradab. Cara untuk menanamkan kejujuran sejak dini dalam diri siswa adalah melalui lembaga pendidikan, khususnya sekolah. Karena melalui sekolah, siswa dapat belajar kejujuran melalui sistem pendidikan di sekolah yang terarah dan siswa banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Otomatis sekolah akan menjadi pengaruh lingkungan dalam pembentukan karakter siswa. Alangkah baiknya jika sekolah dapat lebih menghargai kejujuran pada siswa-siswi agar mereka semakin termotivasi untuk berbuat tindakan jujur.
Referensi:
Efendi, J. (2021, Februari 22). Pembentukan Karakter Anak Sejak Usia Dini di PAUD. Diakses pada 14 Juni 2022 melalui http://lpmpaceh.kemdikbud.go.id/?p=2039
Pragota, A. (2017, Juni 17). Pendidikan Indonesia, Tersengal Mengejar Negara Tetangga di ASEAN. Diakses pada 14 Juni 2022 melalui https://kumparan.com/kumparannews/pendidikan-indonesia-tersengal-mengejar-negara-tetangga-di-asean/fullÂ
Royani, M. (2014, Januari-Juni). Karakter Jujur Dalam Pembelajaran Statistik. Vol. 01 No. 2, h. 1-16.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H