Ajang Masyarakat Ekonomi ASEAN atau sering disebut MEA diperkirakan akan diresmikan pada akhir bulan Desember ini. Menurut Presiden Jokowi, Indonesia harus siap menghadapi MEA, salah satunya dengan membangun infrastruktur dasar.
"Menyambut era persaingan di MEA, kita fokus di Infrastruktur. Kita siapkan Rp 313 Triliun, ini angka yang sangat gede," ujar Jokowi di acara Kongres Persatuan Insinyur Indonesia di Hotel Sari Pan Pacific, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (12/12/2015).
Dana sebesar itu antara lain akan dipakai untuk pembangunan jalan dan rel kereta api. Rencananya akan dibangun tol minimal 1000 kilometer dalam 5 tahun, tegasnya.
Dalam menghadapi era pasar bebas ini, pemerintah diminta tidak hanya memfokuskan pada pembangunan infrastruktur tetapi juga Sumber Daya Manusia, khususnya di kalangan pemuda.
"Pemerintah seharusnya tidak hanya memprioritaskan infranstruktur dalam pembangunan nasional. Pemerintah harus menyiapkan pemuda Indonesia untuk menghadapi pasar global guna memperkuat SDM," ujar Ketua Umum Pengurus Nasional Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PN GMII) Merciano Niko Kapisan, dalam Rapat Pimpinan Nasional II dan Workshop Pengkaderan Nasional di Hotel Menteng, Jakarta, Senin (15/12/2015).
Pemerintah diharapkan menyiapkan bibit-bibit unggul untuk menghadapi pasar global. "Sebagai kaum intelektual, kita harus bisa menyiapkan diri menghadapi arus globalisasi. Semoga kita mampu menghadapinya," kata Niko.
Jika pemuda terus dibina dengan baik dan benar, bukan tidak mungkin hal ini mampu memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Karena, pemuda merupakan aset penting dalam pembangunan bangsa, tuturnya.
Dan untuk itulah Indonesia harus memanfaatkan dan mengoptimalkan bonus demografi yang beberapa tahun lagi akan mencuat. Seperti yang kita ketahui bahwa pada tahun 2020 hingga 2030 Indonesia akan dihadiahi Bonus Demografi yaitu pada tahun tersebut Indonesia akan memiliki jumlah penduduk usia produktif yang melimpah, sekitar 2/3 dari jumlah penduduk keseluruhan. Dan akibatnya Indonesia memiliki angka beban ketergantunganyang cukup rendah.
Hal ini sejalan dengan laporan PBB, yang mengatakan bahwa dibandingkan dengan negara Asia lainnya, angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus turun sampai tahun 2020. Dan tentunya hal tersebut sangat menguntungkan Indonesia untuk meningkatkan perekonomian nasional.
”Bonus demografi di Indonesia harus dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional terutama menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” ujar Rektor Universitas Mercu Buana Jakarta, Arissetyanto Nugroho, Senin (28/9/2015).
"Jika bonus demografi dimanfaatkan secara optimal, tidak menutup kemungkinan target Indonesia menjadi kekuatan ekonomi nomor lima terbesar dunia pada 2030 bisa tercapai lebih cepat. Saat itu Indonesia bisa menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita mencapai 22.500 dolar AS," kata Arissetyanto Nugroho, di Jakarta, Senin (28/9/2015).