Dalam kehidupan sosial, sebuah konflik akan selalu ada dan tidak akan bisa kita hindari. Untuk memecahkan masalah yang menyebabkan konflik tersebut, lahirlah teori-teori baru yang berasal dari pengalaman kehidupan sehari-hari. Salah satu pandangan dari salah satu tokoh ahli sosiologi mengenai konflik ini adalah Lewis A. Coser.Â
Coser merupakan ahli sosiolog asal Amerika yang memiliki pandangan lain mengenai konflik. Coser berpendapat bahwa konflik tidak selamanya disfungsional bagi suatu sistem, namun sebaliknya konflik bisa bersifat fungsional bagi kelestarian suatu sistem. Singkatnya konflik itu tidak selalu berdampak negatif, melainkan bisa memiliki dampak positif juga.Â
Teori konflik fungsional yang dicetuskan oleh Coser ini diperkenalkan pertama kali pada 1956 melalui karyanya yang berjudul "The functions of Social Conflict". Konflik dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan integrasi, bahkan mempertegas sistem sosial yang ada. Untuk memahaminya kita dapat menganalisis dinamika hubungan antara in-group (kelompok dalam) dengan out-group (kelompok luar) ketika ada di dalam konflik.Â
Berikut ini beberapa proposisi yang diungkapkan oleh Lewis A. Coser.
Solidaritas internal dan integrasi kelompok dalam suatu kumpulan akan semakin kuat ketika tingkat konflik dengan kelompok luar meningkat.
Konflik dapat memperkuat pembatasan antara satu kelompok dan kelompok lainnya, terutama kelompok yang berselisih atau berpotensi menimbulkan konflik.
Semakin tingginya tekanan untuk mencapai konsensus dan konformitas, maka potensi untuk perpecahan atau pembentukan kelompok dalam kelompok akan meningkat.
Individu atau kelompok yang melakukan penyimpangan, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi, tidak dapat ditolerir jika mereka tidak dapat diarahkan kembali ke dalam kelompoknya; mereka mungkin diusir atau ditempatkan di bawah pengawasan ketat.
Komitmen anggota terhadap kelompok dapat berkurang jika kelompok tidak menghadapi ancaman atau serangan dari musuh. Selain itu, perbedaan pendapat di dalam kelompok mungkin muncul, namun penyimpangan dapat ditoleransi, memberikan individu ruang yang lebih besar untuk mengejar kepentingan pribadi mereka.
Meski begitu, Coser tetap tidak menolak sepenuhnya bahwa konflik dapat menimbulkan dampak negatif bagi integrasi. Karenanya Coser memberikan gagasan mengenai katup penyelamat (safety valve) guna meminimalisir atau meredam perpecahan akibat adanya konflik.
Referensi:Â