Dua orang tetangga yang baru saja berbelanja nampak sedang berbincang-bincang dari arah sebrang sana. Ketika melintasi rumah saya, mereka berhenti lalu mengeluhkan kekecewaannya dan berkata,
" Tau gak, Sih... kemarin di perwiritan dibagi-bagikan uang kepada para anggota wirit yang hadir. Masak kami gak dapat gara-gara enggak datang. Padahal kami juga anggota wirit" .
"Oo... memangnya dari partai mana, Bu?'' jawabku
"Sebenarnya udah banyak partai yang datang ke wirit, bagi-bagi uang. tapi itulah... pas kami gak datang ya kami enggak dapat. Jadi mau yang mana dipilih?!" Gerutu mereka.
"Memamngnya dikasih uang berapa,bu?"
"Kemarin itu ke ketua wirit dibagikan uang Rp1.000.000,-. dan dibagikan ke seluruh anghgota yang hadir masing-masing Rp20.000,-
Aku tercengang dalam hati. uang Rp20.000,- diributkan. Mental tangan di bawah. Tapi bagi yang sangat membutuhkan uang itu sungguh sangat berarti sekali. Bisa untuk beli minyak sayur, atau beras, atau gula. salah satu sembako bisa dibeli dengan uang segitu! Aku diam saja, lalu mereka berlalu sambil melanjutkan obrolannya.
Aku jadi mikir, kok enggak berubah juga ya... setiap akan diadakannya pemilu pasti bagi-bagi uang itu jadi angenda wajib. Bahkan bagi ini itu. Bahkan ada lagi cerita disuatu kelurahan yang pekan lalu aku datangi bersama teman-teman, kami mendapat info ada caleg dari partai tertentu sanggup memmbagikan uang Rp50.000,- kepada masyarakat setempat. ditambah lagi ada yang bagi-daging. Dahsyat betul uangnya yaa... masyarakat begitu banyak dikasih uang ditambah daging sapi.
Yang lain mengatakan," Nanti kalau dipilih, dan terpilih, naik jadi anggota dewan, dia lupaaa.... huuu..."
Aku jadi teringat. Temanku yang kebetulan caleg mengatakan," Bu, kalau misalnya ditempat biasa kita ngisi perwiritan kita kasih pelatihan buat tempe, mau?"
"saya perhatikan mereka memang masyarakat kurang mampu. Kalau diberi pelatihan buat tempe kan bisa mereka jual dan bisa jadi bahan pangan mereka sendiri. Atau buat kerajinan tangan. Saya bsia ngajarinnya,Bu!"