Mohon tunggu...
Fenny Wongso
Fenny Wongso Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Komunikasi USU 2011, menyukai dunia anak-anak, musik, dan tulis-menulis. Web : fennywongso.com, Twitter : @FennyWongso

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ospek: Penyambutan atau Pembodohan?

29 Agustus 2012   00:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:12 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1346212508772330040

[caption id="attachment_209302" align="aligncenter" width="576" caption="Ilustrasi/Admin (Stefanus Leba)"][/caption] PMB (Penyambutan Mahasiswa Baru) atau yang lebih dikenal dengan “ospek” memang sudah menjadi tradisi yang turun temurun di lingkungan sekolah / kampus, kebanyakan sih di lingkungan kampus. Sebelum masuk kuliah, mahasiswa baru biasanya akan disuruh botak (untuk laki-laki) dan rambutnya dikepang dan dikuncir ga karuan kayak orang gila (buat yang perempuan). Terus, ada beberapa fakultas yang mengharuskan mahasiswa barunya untuk membawa barang-barang yang menurut saya, tidak masuk otak. Apa hubungannya PMB dengan membawa petai dan dijadikan dasi? Apa juga hubungannya PMB dengan membawa karung beras sebagai tas? Masih biasa. Ada beberapa ospek yang “gila” saya pikir. Gak etis rasanya kalau mahasiswa baru ditendang, dipukul, disiram pakai air sampah, dihukum habis-habisan, diancam, dan diteror bahkan sampai masuk kuliah, itu namanya pendidikan atau pembodohan? Jujur saya masih bingun dengan beberapa kampus atau fakultas yang masih memegang tradisi ini. Kalau mau nyambut ya yang wajar-wajar saja. Kalau dibiarkan terus menerus ya nggak bakal selesai-selesai, apalagi urusan ospek semuanya diserahkan ke pihak senior, yang akan menjadi “lingkaran setan”. Mau dihentikan gak bisa, junior mau balas juga gak bisa. Alhasil junior yang dendam ke seniornya membalaskan dendamnya itu tahun depan ke juniornya alias mahasiswa baru. Ya jadi udah kayak lingkaran setan yang ga tau gimana akhirinya. Solusinya? Ya harus ada pihak yang berani berhentikan tradisi ini. Tapi pihak yang mana? Semuanya kan mau cari aman saja. Apalagi senior yang ditanya, “Kenapa masih dilakukan hal-hal kayak gini?” Ya jawaban mereka pasti, “Apa boleh buat, sudah tradisi. Gak dilakukan nanti bermasalah senior atas, ya udah tradisi. Mau tidak mau tetap dilakukan, sekalian ajang pembalasan dendam juga.” Dari awal sudah salah, sudah berakar, beranak cucu sampai sekarang, mau berhentiin? Ya susah.. Hadapi atau lawan saja sih menurut saya. Jadi kembali lagi, ospek itu sebenarnya.. Penyambutan atau Pembodohan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun