Mohon tunggu...
Fenny Trisnawati
Fenny Trisnawati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Manusia cuma bisa usaha, Tuhan yang tentukan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Itu Penting, Benarkah?

7 Maret 2023   12:40 Diperbarui: 7 Maret 2023   12:49 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Suatu hari saya berkunjung ke rumah saudara yang usianya 64 tahun. Sambil duduk santai, obrolan kemudian merembet kemana-mana. Mulai dari kabar saudara yang lain hingga keadaan perekonomian yang serba sulit, dengan patokan harga di pasar yang merangkak naik, yang menjadikan uang jadi tidak lagi bernilai. Maklumlah, ibu-ibu patokannya ya harga di pasar, dulu 100 ribu bisa dapat macam-macam, sekarang semakin sedikit barang yang didapat dengan jumlah uang segitu.

Kondisi perekonomian (baca: harga di pasar) yang semakin sulit, menjadikan saya membahas pentingnya pendidikan, dalam hal ini sekolah. Menurut saya, pendidikan adalah hak anak, hanya saja keadaan ekonomi orang tua terkadang menjadikan tidak semua anak dapat menikmati pendidikan yang berkualitas, karena tidak bisa dipungkiri, di negara kita pendidikan yang berkualitas hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang dengan kondisi ekonomi yang mapan. Bahkan tidak mungkin dengan segala pertimbangan, seorang anak tidak berada di bangku sekolah, karena adanya opportunity cost orang tua, kemunculan biaya karena orang tua memilih untuk menyekolahkan anak lebih besar dibandingkan dengan pilihan anaknya tidak sekolah, apalagi jika anak tersebut bekerja, malah akan menjadi sumber pendapatan baru bagi keluarga tersebut, dihadapkan dengan pilihan tersebut, sudah jelas pilihan yang akan diambil orang tua tersebut. Berdasarkan hal tersebut dan sedikitnya pengetahuan yang saya miliki, maka saya meng-klaim bahwa keluarga dengan pendapatan yang minim, akan sulit untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, karena tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas.

Saudara saya ini membantah klaim saya tesebut, dengan memberikan dua bukti, kisah satu, teman saudara saya ini sarjana dari fakultas hukum sekarang kerja jadi tukang bangunan, kehidupannya biasa saja padahal sekolahnya tinggi. Kisah dua, bahwa ada tetangganya yang anak-anaknya masuk panti karena ditelantarkan oleh kedua orang tuanya yang bercerai. Anak perempuan yang tertua sekarang sudah menikah di usia yang cukup muda, sekitar awal 20-an, sudah memiliki rumah besar, mobil dan bahkan sudah membelikan bapaknya yang dulu menelantarkannya sebuah sepeda motor serta menyewakan tempat tinggal. Saya terdiam, mungkin saudara saya ini ada benarnya, karena toh anak tersebut tidak sekolah yang tinggi, dari segi materi dia sudah cukup mapan, bahkan di usia yang muda. Dari kisah tersebut, saudara saya mengambil kesimpulan, anak perempuan tidak perlu sekolah yang tinggi, cukup tamat SMA, kemudian cari suami yang cukup berada, sehingga bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga dan memberi orang tua setelah berumah tangga. Maka tidak heran, ketika dia bercerita tentang harapannya akan cucu perempuannya, dia hanya berharap cucunya setelah tamat SMA dapat jodoh dan menikah. Anak perempuannya sendiri tamat SMA, menikah dan menjadi ibu rumah tangga.

Mungkin selama ini yang saya pikir salah, bukankah action stronger than word. Sudah terbukti, bahwa pendidikan tidak menjamin untuk kelebihan materi, keyakinan inilah yang dipegang saudara saya dan diturunkan ke anak dan cucunya. Mungkin SDGs (Sustainable Developmet Goals) untuk pendidikan harusnya dikhususkan untuk laki-laki saja, perempuan tidak perlu memiliki pendidikan, karena akan menikah dan dihidupi oleh suaminya. Tapi kemudian saya berpikir lagi, bukankah pendidikan itu merubah cara manusia berpikir dan bertindak, serta menambah wawasan. Pendidikan tidak hanya untuk mengejar materi yang berlimpah, itu hanya efek samping dari ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki. Bukankah butuh ibu yang hebat untuk bisa mendidik anak yang hebat dan berakhlak?

Mungkin bagi sebagian orang mengeluarkan uang untuk pendidikan adalah hal yang sia-sia, karena belum jelas manfaatnya. Belum lagi ada kekhawatiran anak yang sudah capek-capek di sekolahkan malah tidak membalas budi di masa datang, rugi saja jadinya keluar uang banyak. Bagi saya, pendidikan tetap penting, dan keyakinan itu masih saya pegang, bisa jadi keyakinan saya salah, entahlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun