Awalnya terasa nyeri di perut kanan dekat pinggul. Karena nyerinya masih biasa saja, hilang-hilang timbul dan tidak terlalu mengganggu, maka saya abaikan. Namun setelah tiga hari, nyeri makin sering terasa dan menetap, terkadang bahkan nyeri sangat kuat terasa lebih dari biasanya.
Karena hal itu, maka saya didampingi suami pergi mengunjungi klinik umum. Setelah dokter melakukan pemeriksaan, maka disimpulkan dokter tidak bisa menarik kesimpulan (hehehe....).Â
Dokter hanya mengatakan bahwa kemungkinan usus buntu, ada 3 organ yang berada di perut kanan, saluran kencing, usus buntu dan rahim. Untuk pemeriksaan lebih lanjut dan memperoleh diagnosa yang benar, maka kami dirujuk ke spesialis bedah.
Di spesialis bedah, dokter melakukan pemeriksaan fisik dengan menekan perut kanan dekat panggul, saya mengaduh kesakitan, dokter hanya bilang o iya sambil mengangguk-angguk. Kemudian dokter meminta saya untuk ke laboratorium dan mengecek darah. Setelah menunggu setengah jam, hasil dari laboratorium kami bawa kembali ke dokter.Â
Dari hasil pemeriksaan darah di labor, hasil leukosit saya tidak menunjukkan pertambahan yang signifikan dengan nilai rujukan. Jumlah leukosit yang meningkat menunjukkan adanya infeksi.
Dokter bedah lalu melanjutkan dengan rontgen, dan saya diminta untuk ketemu dokter lagi 2 minggu dari hari ini, setelah sebelumnya dokter memberi saya cefadroxil (antibiotik), diclofenac (anti nyeri) dan ranitidin (obat asam lambung). Ranitidin diberikan setelah dokter bertanya ke saya, apakah saya punya riwayat asam lambung, dan saya jawab iya.Â
Nah, sampai di sini saya bingung, mengapa harus menunggu 2 minggu baru ketemu dokter bedah lagi? Sedangkan obat yang diberikan dalam waktu 5 hari sudah habis.Â
Entahlah, dan saya waktu itu tidak bertanya ke dokternya, setelah operasi juga tidak. Jadi sampai sekarang saya tidak tahu jawabannya. Kemudian saya berasumsi, mungkin karena saya pasien BPJS, jadi prosedurnya memang begitu.
Di bagian radiologi, saya memberikan surat yang menyatakan untuk foto rontgen. Oleh bagian radiologi saya diberi serbuk putih satu kantung kecil.Â
Serbuk ini dilarutkan air, kemudian diminum tepat jam 11 malam. Sebaiknya tidak minum dan makan serta usahakan jangan BAB setelah minum larutan tersebut. Esoknya tepat jam 8 pagi saya harus datang untuk rontgen. Saya hanya mengangguk.
Sesampainya di rumah, baru timbul pertanyaan, ini serbuk apa? Apa ada efek sampingnya? Gunanya apa? Telat sudah untuk bertanya. Mungkin karena saya jarang berurusan dengan dokter, jadi linglung untuk bertanya macam-macam.