Mohon tunggu...
Fenny Septiyana
Fenny Septiyana Mohon Tunggu... -

Student of Food Science and Technology, Bakrie University

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sereal untuk Sarapan Pagi

30 Mei 2014   20:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:56 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Sereal seperti yang biasa kita kenal sebagai ’breakfast cereal’ sudah menjadi pilihan untuk sarapan pagi yang sering disajikan tidak hanya di hotel berbintang, tapi juga di kalangan keluarga. Makanan sarapan pagi ini sudah menjadi salah satu alternatif untuk sarapan masyarakat karena kepraktisan dalam menyajikannya, tidak perlu waktu lama untuk menyiapkannya, tersedia banyak pilihan rasa, serta memenuhi kecukupan energi dan gizi bagi yang mengkonsumsinya.

Awal mula berkembangnya ’breakfast cereal’ mulai biasa dikonsumsi sebagai sarapan adalah di benua Amerika serta Eropa pada tahun 1860-an. Pada abad ke-19 bangsa Amerika masih banyak mengkonsumsi sarapan pagi yang relatif berat seperti mengkonsumsi daging dan makanan yang sedikit kandungan seratnya. Pada zaman tersebut banyak orang Amerika yang menderita gangguan pencernaan maupun kesulitan buang air besar.

Pada tahun 1887, John Harvey Kellog membuat biskuit dengan menggunakan gandum, oat dan jagung untuk pasien di Battle Creek Sanatorium yang mengalami gangguan pencernaan. Selanjutnya, dua bersaudara Kellogg mendirikan perusahaan untuk memproduksi wheatflakes dan cornflakes pada tahun 1906. Tahun 1893 Charles William Post, mantan pasien Battle Creek Sanatorium, mulai memberikan perhatian terhadap ’breakfast cereal’ ini dan pada tahun 1897 C.W.Post memperkenalkan Grape Nut.

Di tahun-tahun berikutnya keberadaan ’breakfast cereal’ semakin mempengaruhi pola dan kebiasaan makan masyarakat Amerika dan Eropa. Ketersediaan ’breakfast cereal’ di pasaran semakin banyak ragam dan jenisnya yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Kebiasaan mengkonsumsi ’breakfast cereal’ pun sudah merambah ke Indonesia, karena semakin banyak orang yang tidak memiliki waktu banyak untuk sarapan tetapi mereka dituntut untuk tampil prima dan sehat. Akan tetapi, pembuatan ’breakfast cereal’ sebagian besar masih menggunakan bahan baku impor, sehingga harga jual di Indonesia masih relatif mahal dibandingkan sarapan pagi ala Indonesia yang di jual di warung dan pedagang keliling.

Definisi umum dari ’breakfast cereal’ adalah produk makanan yang terbuat dari biji-bijian dan diproduksi untuk dipasarkan kepada konsumen sebagai makanan pagi siap saji, yang biasanya disajikan dengan ditambahi susu dingin atau hangat dan buah-buahan kering ataupun segar. Produk ’breakfast cereal’ ini sangat mudah untuk dikombinasikan dengan buah-buah awetan (kering) atau dapat berupa campuran dari beberapa jenis serealia yang difortifikasi dengan penambahan vitamin dan mineral.

Kecukupan gizi dibandingkan dengan makanan pokok lainnya

Asupan gizi yang diperoleh konsumen, apabila mereka mengkonsumsi ’breakfast cereal’ adalah kecukupan serat yang harus dikonsumsinya setiap hari. Apabila ’breakfast cereal’ tersebut telah diberi tambahan bahan makanan lain maupun penambahan vitamin dan mineral, maka asupan gizi bagi konsumen semakin bertambah.

Walaupun ’breakfast cereal’ memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi tetapi sering kali dikonsumsi dengan menggunakan susu. Kandungan gizi dalam susu sendiri dapat memberikan kontribusi pada kecukupan asupan gizi bagi kita setiap hari.

Ingredient sereal

Seperti sebutannya, ’breakfast cereal’ ini diproduksi dari berbagai macam serealia maupun umbi-umbian yang dimodifikasi. Serealia dipilih sebagai bahan dasar, karena mengandung banyak zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti protein, karbohidrat dalam bentuk pati, serat, vitamin dan mineral. Umbi-umbian dapat juga digunakan sebagai bahan dasar tetapi harus dilakukan proses pembuatan adonan terlebih dahulu, agar bentuk umbi tersebut seperti serealia.

Penambahan buah-buahan kering, seperti anggur kering ataupun jenis kacang-kacangan, misalnya kacang almond, kacang kenari, setelah proses pemasakan akan memberikan nilai jual tersendiri karena dapat digunakan untuk menembus pasar tertentu. Demikian juga penggunaan flavoring agent yang disesuaikan dengan selera konsumen, seperti strawberry, coklat, atau rasa lainnya yang diarahkan pada pasar yang dituju, misalnya balita, anak sekolah maupun usia produktif.

Source :

Supartono, Wahyu. (2006, Mei). “Teknologi Pembuatan Sereal untuk Sarapan Pagi”. Food Review, Vol. 1 No. 4, 33-36.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun