AMBON - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Maluku menyatakan penerapan pr...
Pendidikan adalah ujung tombak suatu bangsa, jika sebuah pendidikan hanya dipandang sebelah mata, maka tidak akan ada bangsa yang tangguh dalam berfikir. Pendidikan yang tidak diselingi dengan pengembangan karakter, maka dapat dikatakan pendidikan tersebut gagal, begitupun sebaliknya. Jika pendidikan diselingi dengan pengembangan karakter akan mampu menghasilkan penerus bangsa yang berakhlak mulia, berintegritas tinggi, cerdas, bertanggung jawab, dan demokratis.
Sesuai dengan apa yang disampaikan pakar pendidikan Arief Rachman. Guru Besar UNJ menyampaikan, "Pendidikan yang sukses adalah yang mampu mengantarkan siswa menjadi anak bertakwa, berkepribadian matang, berilmu mutakhir, dan berprestasi, serta mempunyai rasa kebangsaan dan berwawasan global", tegas pakar pendidikan Arief Rachman.
Di Indonesia telah banyak menerapkan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Namun, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia sangat menyayangkan masih ada banyak guru yang hanya menekankan pembelajaran pada aspek kognitif (ilmu pengetahuan) dan kurang menekankan kepada aspek afektif (sikap). Sehingga hal tersebut hanya menyia-nyiakan kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah. Ditambah lagi dengan adanya wacana dari Menteri Pendidikan Muhajir Effendy yang akan memberlakukan Program Full Day School yang mengakibatkan banyak pertentangan dan penolakan dari berbagai pihak dikarenakan hal tersebut belum jelas apa maksud dan tujuan diberlakukannya program tersebut.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)merasa bahwasannya dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2017 tentang Hari Sekolah tak dicantumkan istilah "Full Day School". Namun, hal ini menjadi kritikan yang mendasar bagi Psikolog Pendidikan Karina Adistiana.
Karina Adistiana menegaskan bahwa benar Kemendikbud tidak mencantumkan istilah "Full Day School". Namun, poin-poin yang tercantum dalam peraturan Kemendikbud sangat menggambarkan artian dari istilah tersebut dimana pada pasal 2 menyatakan bahwa " Hari sekolah dilaksanakan 8 jam dalam  sehari atau 4 jam selama 5 hari. " Karina Adistiana dalam menanggapi hal ini, beliau mendorong  Kemendikbud melakukan kajian seperti halnya yang telah dilakukan oleh Negara Singapura yang bahkan memotong jam pelajaran dan mengurangi mata pelajaran. Dan terbukti hasilnya sangat efektif.
Namun disisi lain, Menteri Pendidikan Muhajir Effendy melihat dari sudut pandang berbeda di mana menurut beliau, banyak orang tua yang bekerja dan tak bersama dengan anak-anaknya. Terutama orang tua pekerja yang lebih banyak menghabiskan banyak waktu di tempat mereka bekerja. Berbeda dengan Anggota Komisi X DPR RI Sofyan yang berpendapat bahwasannya tidak semua orang tua menghabiskan waktu ditempat bekerja. Masih banyak ibu di Indonesia yang berkonsentrasi dengan tugas rumah, termasuk mengurus anak.
Menurut politikus PDI Perjuangan Sofyan, orang tua pekerja hanya sebatas ada pada kota-kota besar  seperti Jakarta. Tapi Indonesia bukan hanya Jakarta. "Jadi jangan jadikan persoalan di kota-kota besar khususnya Jakarta menjadi kebijakan yang berlaku secara nasional," kata Sofyan dalamMetrotvnews.com, Selasa (9/8/2016)
Indonesia adalah negara yang luas sehingga masih banyak wilayah yang belum benar-benar terjangkau oleh tangan pemerintah. Namun masih banyak sosok yang lebih peduli dan lebih banyak mengamati wilayah-wilayah yang jauh dari tangan pemerintah. Hal ini dapat dibuktikan bahwa jika pemerintah hanya melihat dari satu sudut pandang terdekat maka akan masih banyak orang yang membela dan memberikan observasi yang mendalam mengenai sudut pandang terjauh yang tak dijangkau oleh pemerintah, demikian pula dengan kebijkan nasional. Seharusnya, kebijakan nasional yang akan diselenggarakan harus mempertimbangkan keberagaman wilayah dan karakter disetiap daerah, agar kebijakan tersebut dapat terlaksana secara merata dan menyeluruh.