"Kalau mereka memang berniat dengan keindahan lingkungan, apapun pasti dilakukan. Tidak melulu menyebar slogan, kebersihan sebagian dari iman tapi tidak ada bukti nyata." Ujar Mukmuk kesal seraya menghentakkan kakinya.
Sayang keseimbangan hewan bersayap itu tidak sempurna. Tak diduga, ia terjatuh dan mencengkeram dedaunan di dekatnya. Mukmuk berusaha untuk terbang, tetapi salah satu sayapnya sulit digerakkan.
"Tolong aku!" rintih Mukmuk seraya mengepakkan sayap yang satunya.
"Bagaimana caraku menolong dia? haruskah..?" gumam Ulbul.
Ulbul merayap lebih dekat ke sosok kecil itu. "Mari Mukmuk. Lepaskan dirimu dari daun itu dan jatuhkan tubuhmu."
"A-apa?! menjatuhkan diri ke tubuhmu? tapi dirimu penuh bulu dan nan-nanti,"
"Tenang saja, bulu-buluku ini hanya untuk mereka yang bertindak jahat kepadaku. Cepatlah!"
Dengan rasa takut, Mukmuk menuruti kata-kata Ulbul. Hewan merayap itu membawa Mukmuk ke atas dedaunan yang tidak licin agar lebih aman.
Hinggap di tubuh besar ini tidak seperti tertusuk duri, batin Mukmuk. "Te-terima kasih."
"Terima kasih kembali." Ulbul memerhatikan Mukmuk sejenak. "Kenapa wajahmu pucat? apa karena terjatuh itu?"
"Bukan. Dari semalam aku belum makan." Mukmuk mengubah posisi duduknya agar aman.