Mohon tunggu...
Amar FX
Amar FX Mohon Tunggu... Perusak Aspal -

Hanyalah seorang remaja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hilang

10 April 2016   21:32 Diperbarui: 10 April 2016   21:43 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gadis itu, wajahnya pucat pasi, matanya menyiratkan kesedihan. Ia berdiri, dengan gontai berjalan kearahku, seakan seluruh keceriaan telah direnggut dari hatinya. Kupeluk ia dengan erat dan tangispun pecah. Menangis lah, kubiarkan dia menangis, memang itulah obat terbaik baginya, kata –kata hanya akan menambah beban bagi perasaannya.

Setelah tangis reda, dengan hati –hati kukatakan padanya “Sudah tidak mungkin dia kembali”.

 
Ia mengangguk, “kurasa itu benar” sebuah kalimat pertama sejak tiga hari ia membisu kepada sekitarnya dan hanya tangis terdengar darinya.
Kehilangan memang sungguh sangat menyakitkan. 


Terlebih ketika itu merupakan orang terdekat bagimu.

Ya, sudah sekitar tiga hari berlalu sejak pemakaman itu. Empat hari lalu ia baru saja kehilangan seorang kakaknya.
Pada awalnya ketika ia bersedih, tiada seorangpun disisinya, semua orang sudah terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri.

Cerita tentang kakaknya memang memilukan.
Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara.


Ia biasa dipanggil dengan nama “Setyawan”. Seorang pelajar tahun kedua disebuah Sekolah Menengah Pertama.
Belum tua, masih muda. Umurnya baru 18 tahun, berbadan sedang dan berwajah ramah. ceria dan sangat dekat dengan adiknya begitu pula denganku.


‘Anak baik’ begitu kata teman - temannya, sangat perhatian dan senang membantu.

Beberapa minggu sebelum kepergiannya, ia diketahui menjalin hubungan dengan seorang gadis. Tetapi, karena sebuah alasan, hubungan itu tidak mendapat restu dari kedua orang tuanya.


Dipaksa untuk berpisah dengan Kekasihnya. Tertekan dan kehilangan jalan.
Beberapa perubahanpun mulai terlihat. Jarang berada dirumah, betambah kurus, tidak lagi ramah dan tidak jarang ia beradu mulut dengan orang tua nya.

Klub malam menjadi tempatnya menghabiskan waktu setelah malam datang. Perlahan ia mulai kehilangan koneksi dengan teman dan sahabatnya, terasingkan dan terbuang tanpa ada tangan terulur menawarinya kesempatana kedua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun