Ketika hidup di lingkungan tanah yang subur kebutuhan air tercukupi namun masyarakat sekitar masih teriak lapar dan haus yang harusnya disalahkan bukanlah Tuhan atau Pemerintahnya. Perlu dipastikan lagi, apakah masyarakat sekitar itu menanam sesuatu? Apakah masyarakat sekitar melakukan usaha untuk mendapatkan air bersih sepert membuat sumur, atau menjaga lingkungan agar sumber mata air alami tetap terjaga? Kalau tidak mereka lakukan, barulah kita salahkan masyarakatnya. Lalu, bagaimanakah ketika masyarakat sudah melakukan itu semua tetapi kebutuhan pangan dan air bersih belum tercukupi? Saya rasa, perlu dilihat lagi usaha masyarakatnya, apakah cara menanam dan menjaga lingkungannya sudah benar? Memang, memberi pupuk dan mengaplikasikan pestisida bagian dari menjaga tanaman budidaya, apakah itu benar? Ya, pokoknya masyarakat aja yang disalahkan, jangan sampai menyentuh di atas masyarakat karena akan angel (bahasa jawa: susah). Â Meskipun di atas masyarakat inilah yang memiliki tanggung jawab untuk mengatur, mengontrol dan mengorganisir jalannya kehidupan masyarakat, melalui kebijakan, aturan dan hukum yang diputus tetapkan.
Negara kita sekarang mengalami masa-masa sulit, dari segala aspek. Namun dari banyak aspek itu saya ingin fokus pada aspek ekonomi dengan fokus pangan. Dari kebutuhan yang paling primer adalah pangan, kita tidak bisa "perang" tanpa pangan. Bahkan ketika perang, hal pertama selain membahas kekuatan militer dll, pangan juga menjadi bagian pokok urgensi "perang". Ditambah lagi dengan kondisi saat ini, pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai bagai dendam yang susah diredam. Hanyalah dari keikhlasan diri yang bisa meredam untuk kepentingan bersama, bukan pribadi atau golongan dalam arti sempit. Mentri keungan Sri Mulyani, sudah meramalkan Indonesia akan mengalami resesi, bahkan beberapa ahli sudah berpendapat bahwa Indonesia sudah mengalami resesi. Dilansir dair @okezone 15/08/20 Indonesia duah mengalami resesi, lalu apa dampaknya? Dari banyak jawaban tentang dampak resesi yang paling mengerikan adalah pangan. Daya beli rumah tangga akan menurun akibat penghasilan yang juga menurun dan pengaruhnya juga terhadap perusahaan manufakur sebagai penyedia produk.
Dari sektor pertanian masalah datang dari masalah klasik bagi petani: HPT, Modal, PUPUK langkah dll. Produksi akan menurun? Tentunya akan berpengaruh, untuk hitungan matang biarlah mentri pertanian denga bidang tugasnya menghitung dan memastikan, ya.
Kita akan menghitung dengan logika sederhana agar tidak rumit. Dilansir dari @DetikFinance 15/04/20 Menurut DE Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal setidaknya ada 67 juta masyarakat menengah akan jatuh, artinya menjadi masyarakat tergolong miskin. Sedangkan jumlah masyarakat miskin di Indonesia 24,7 juta, membahasakan dengan kata rentan artinya kemungkingan sangat tinggi terjadi sehingga mau tidak mau jumlah masyarakat miskin di Indonesia bertambah jika tidak ada usaha efektif dari pemerintah. Lalu, usaha apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah itu dari pemerintah? Banyak hal, salah satunya dengan cara memberikan bantuan langsung tunai, Kartu Pra Kerja dll lah, intinya pemerintah mengusahakan agar daya beli masyarakat tetap ada. Menruut saya bagus, tetapi mengharapkan uang kembali berputar adalah sama halnya tidak melakukan apa-apa jika harga jual dan beli bahan pangan dimasyarakat tetap tidak terkontrol.
Masalah lain, bayangan krisis pangan mulai membayangi bahkan berusaha untuk melakukan serangan dalam bagi masyarakat dunia. Dilapangan, Petani sebagai penyedia bahan pangan pun tetap berusaha sekeras tenaga untuk menghasilkan bahan pangan yang bagus, ditengah masalah besar yang mereka hadapi sendiri dari sisi aktifitas produksi bahan pangan. Kelangkaan pupuk dan serangan hama penyakit tanaman ditambah dengan modal saya rasa pemerintah tidak tinggal diam, meskipun dengan mata kepala sendiri saya sebagai petani, dampak tersebut tidak sangat signifikan dirasakan. Mungkin ada, atau saya kurang data dan itu kelemahan saya. dengan keterbatasan ilmu ini, izin kan saya untuk mengusulkan sebuah resep klasik yang saya rasa lebih efektif di kampanyekan untuk menekan kelaparan yang membayang-bayangi ditengah pandemi dan krisis pangan ini. Saya rasa juga, banyak pemerhati dan aktifis di Indonesia menyerukan sebuah resep, mohon izin saya melengkapi dan minimal pembaca lakukan dirumah. Kemudia apa untunya saya membuat resep? Ya minimal bisa memberikan pencerahan bagi pembaca dan minimal saya sendiri.
Ketika seorang dokter memberikan sebuah resep, yang akan dilakukan adalah observasi pasien terlebih dahulu. Tentunya akan menjadi masalah besar jika seorang dokter memberikan resep obat tanpa melakukan observasi dan jenis obat yang tepat sesusai keilmuannya. Bukan malah menjadi sehat tetapi malah membuat penyakit pasien semakin parah atau bahkan mati. Meskipun saya bukan seorang ahli resep dan pemikir keras tentang negara ini, minimal apa yang saya lakukan dirumah untuk mencukupi kebutuhan pangan keluarga mendapat penurunan pengeluaran. Seperti ini resepnya.
Lingkungan desa atau pun perkotaan saya rasa sama saja, tanaman sekarang bisa kita tanam dimana saja asal jangan di awang-awang karena awang-awang hanyalah tempat subur bagi penghayal bukan pemimpi. Secara birokrasi dari tingkat bawah pada tatanan masyarakat kita memiliki RT, RW, Kepala Dusun dan Kepala Desa lalu Kecamatan. Tentunya tatanan tersebut mengetahui jumlah KK dari masing-masing daerahnya. Mudah saja, saya rasa sudah banyak dilakukan dibeberapa daerah tetapi belum skala nasional.
Budidaya tanaman sumber pangan keluarga:
- Masing-masing KK di Dusun menanam beragam tanaman hortikultura manfaatkan RT sebagai penentu jenis tanaman masing-masing KK
- Tanami pinggir-pinggir jalan desa sebagai kebun desa
- Manfaatkan tanah desa sebagai sumber pangan masyarakat ditingkat desa
Resep ini tentunya sekelas dukun, jauh dari objektifitas.