Mohon tunggu...
Fendy Ari Gunawan
Fendy Ari Gunawan Mohon Tunggu... Buruh - profil ini bersipat pribadi

setiap masalah pasti ada jalankluarnya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ekspor Impor Jagung

8 Juli 2021   14:30 Diperbarui: 8 Juli 2021   14:42 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Mengespor jagung dinegara-negara yang ada didunia untuk menjadi makanan poko dan lain-lain, Impor jagung diperlukan jika produksi nasional kurang mencukupi untuk kebutuhan pabrik pakan. Pada tahun 2000 -- 2004 volume impor jagung selalu di atas 1 juta ton, sementara pada tahun 2005 -- 2009 volume impor di bawah 1 juta ton, kecuali tahun 2006 volume impor mencapai 1,77 juta ton, sementara volume impor jagung periode 2011 -- 2015 selalu di atas 3 juta ton, kecuali tahun 2012 hanya sebesar 1,81 juta ton. 

Tingginya impor jagung pada diperkirakan karena produksi jagung nasional belum mencukupi, sedangkan ada peningkatan kebutuhan jagung untuk bahan baku industri khususnya industri pakan, menyebabkan permintaan jagung impor cukup besar. Pada tahun 2014 volume impor jagung stabil sekitar 3,17 juta ton, dan volume impor tahun 2015 naik menjadi 3,50 juta ton, volume impor tahun 2016 sampai dengan Bulan Mei sebesar 880 ribu ton. Rendahnya volume impor tahun 2016, karena adanya pembatasan/pelarangan impor jagung, dengan tujuan produksi jagung dalam negeri dapat terserap oleh industri pakan.

Selama hampir empat dekade volume ekspor jagung Indonesia cenderung konstan, selama periode tersebut volume ekspor jagung tida lebih dari 300 ribu ton. Selama periode 2011-2015 rata -- rata volume ekspor adalah 70,48 ribu ton, sebaliknya volume impor jauh lebih tinggi yaitu sebesar 2,97 juta ton. Hal ini mengakibatkan neraca yang selalu negatif, dimana ekspor jauh lebih kecil dibandingkan impor. Pada tahun 2015 volume ekspor cukup tinggi, yaitu sebesar 250,83 ribu ton. 

Neraca impor jagung dari tahun 2011 sampai 2015 rata-rata defisit 2,90 juta ton. Hal ini menunjukkan ketergantungan akan jagung impor semakin meningkat terutama pada beberapa tahun terakhir, sehingga perlu usaha terus menerus untuk meningkatkan produksi jagung nasional, sehingga Indonesia bisa swasembada jagung.

Neraca ekspor-impor jagung baik dilihat dari sisi volume maupun nilainya menunjukkan perkembangan yang cenderung negatif, artinya lebih tinggi impor dari pada ekspornya. Kecenderungan ini disebabkan permintaan jagung yang tinggi seperti industri pakan ternak dan belum sepenuhnya dipenuhi oleh produksi jagung dalam negeri. Pada kondisi lima tahun terakhir 2011-2015 rata-rata neraca ekspor-impor yang negatif, artinya selama periode itu rata-rata terjadi defisit sebesar 2,91 juta ton atau senilai US$ 791 juta. Pada tahun 2016 sampai dengan Bulan Mei besarnya volume impor jagung 880 ribu ton sedangan volume ekspor sebesar 11 ribu ton, jadi terjadi defisit perdagangan sebesar 870 ribu ton, atau defisit sebesar 191 juta US$.

Kementerian Pertanian (Kementan) menerbitkan kebijakan pengendalian impor jagung. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mendorong gairah petani jagung sehingga produknya terserap ke pasar dan industri pakan ternak, memprioritaskan produk domestik untuk bahan baku industri pakan, menjaga stabilitas harga jagung dan pakan baik di tingkat petani maupun konsumen. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Perrmentan 57 tahun 2015 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal tumbuhan ke dan dari Wilayah Indonesia.

Hasil kebijakan ini adalah impor jagung Januari-September 2016 sebesar 1,02 juta ton, untuk untuk periode yang sama tahun 2015 sebesar 2,74 juta ton, atau menurun 62,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sehingga menghemat devisa sekitar 397,92 Ribu US$. Pada tahun 2016 program bantuan benih jagung unggul dan sarana lainnya seluas 1,5 juta hektar serta integrasi jagung di perkebunan 750 ribu hektar dan sebagian besar sudah direalisasikan diyakini akan menggenjot produksi 2016, sehingga capaian produksi tahun 2016 (ARAM II) sebesar 23,19 juta ton.

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun