Mohon tunggu...
Fendy Aditiya
Fendy Aditiya Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Take Easy . . .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pildek Fakultas Hukum Universitas Jember: Satu Langkah yang Menentukan Segalanya

30 Juli 2012   05:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:27 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih terekam jelas dalam ingatan bagaimana Prof. Dr. M. Arief Amrullah SH dinyatakan sebagai Dekan terpilih oleh senat Fakultas Hukum Universitas Jember pada 2009 lalu. Beliau mampu meredam perlawanan Prof. Dr. Herowati Poesoko SH beserta para pendukungnya. awalnya kami para mahasiswa menilai bahwa langkah yang Prof. Arief akan sedikit sulit, karena rival beliau termasuk dalam golongan yang tengah mendominasi. namun ternyata 'kejutan' pun terjadi.

Selepas hajatan terbesar di fakultas tersebut, sebuah pandangan menyejukan dipertontonkan kepada kami, nuasanya persaingan diantara kedua kandidat tak tampak, sakit hati atau dendam atas prosesi pemilihan itupun tak terasa, yang ada adalah senyum lebar disertai canda tawa dalam obrolan. benar-benar memberikan contoh yang bijak bagi kami yang muda. Kini setelah periode 4 tahunan itu hampir usai, hajatan besar itu siap untuk diselenggarakan kembali saat ini.

Para kandidat telah mengerucut ke beberapa nama. Tentunya mereka adalah putra-putri terbaik yang saat ini dimiliki oleh Fakultas Hukum UJ. Pastinya galang-mengalang dukungan saat ini telah terjadi. sejumlah senat pasti tengah didekati, mencoba menjual program kerja dan visi, barangkali senat tertarik dan berkenan memberikan suaranya kepada  sang kandidat. ataupun senat tengah berkonsolidasi, merapatkan barisan untuk menjadikan kandidat pilihanya melenggang mulus menjadi Dekan terpilih periode berikutnya.

Di setiap even seperti ini tentunya tak akan pernah lepas dari isu bendera. buktinya, Pemilihan Rektor Universitas saja masih kental nuasa bendera dalam menyiapkan calonnya menjadi pemenang, apalagi hanya sekelas fakultas.

Tapi semoga nurani para senat yang notabene seorang pendidik yang berhati mulia tak tertutup dengan hal-hal seperti itu. tak terselimut oleh lembaran-lembaran rupiah, tak terbujuk oleh janji-janji posisi sehingga pilihan benar-benar didasarkan pada analisa objektif atas visi dan program kerja kandidat. semoga saja.

Jabatan Dekan merupakan jabatan yang statergis sekaligus urgen dalam perjalanan sebuah fakultas. bukan hanya jabatan koordinator kelas yang hanya mengkoodinir semua elemen yang berada dibawahnya. Karena pentingnya posisi itu maka dibutuhkan sosok yang mampu memotivasi sekaligus menginspirasi. tak hanya pandai menyuruh namun juga pandai memberi contoh. yang mempunyai visi ke depan jelas dan kuat. yang agamanya bagus dan minim cacat moral. kenapa? karena agama dan moral melandasi apa yang akan dilakukan, jika agama dan moralnya cacat maka akan memungkinkan segala kebijakan yang dihasilkan merugikan. jika itu yang terjadi, maka harganya sangat mahal. begitu banyak orang yang menjadi korban dan semakin banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Secara pribadi saya mencoba mewacanakan menambahkan proses psikotes dalam mekanisme pemilihan calon dekan. kenapa? karena psikotes mampu mengambarkan bagaimana kondisi 'di dalam diri' seseorang. inilah yang tak tampak dari luar. sedangkan faktor ini sangat penting. hasil dari psikotest ini dapat disebarkan kepada para senat untuk dijadikan dasar tambahan dalam menentukan pilihan. dengan hasil ini tentunya senat akan paham sedikit banyak tentang kondisi kejiwaan kandidat, bagaimana daya tahan mereka terhadap tekanan, apakah mereka bertipe leader atau pengekor, apakah mereka golongan yang impulsif atau malah sebaliknya. ribet lha?!. tidak juga menurut saya. selama konsepsi berfikir kita tidak didasarkan atas rutinitas yang selama ini telah menjadi kebiasaan dalam pemilihan dekan dan tentunya jika kita mau terus menyempurnakan mekanisme yang bertujuan akhir untuk dapat menemukan hasil yang terbaik dalam pemilihan ini. harga untuk psikotes pun tidak terlalu mahal, kenapa perusahaan hanya untuk mencari seseorang sekelas staf mampu dan rela mengeluarkan uang untuk membiayai tes psikologi, sedangkan kita yang memilih seorang pemimpin enggan untuk melakukan hal tersebut.

Yang terakhir yang tak kalah penting adalah penyelenggara pemilihan itu, panitia pemilihan. semoga para bapak dan ibu yang telah ditunjuk sebagai panitia mampu bekerja secara netral dan objektif. tidak bekerja menguntungkan kandidat yang mempunyai background organisasi sama dengan Bapak dan Ibu. tidak memanipulasi situasi untuk memberikan keuntungan bagi kandidat yang menjanjikan sesuatu pada Bapak dan Ibu. semoga saja. karena Bapak dan Ibu juga merupakan guru, yang selalu mengingatkan kami akan pentingnya etika dan norma, terus membisikan pada kami bahwa bangsa ini begitu rapuh karena korupsi, kolusi dan nepotisme. karena hal itulah maka kami yakin Bapak/Ibu tak ingin menjadi bagian dari kolusi tersebut. tak ingin menuliskan namanya pada buku sejarah kelam fakultas. mungkin saja tak ada yang tahu, tapi Sang Maha Pencipta adalah juga Maha Mengetahui, tak ada yang lepas dari pandangannya, semua serba tercatat dan serba terbalas.

Mari kita sambut era baru, mari kita bawa fakultas kita berlari meraih prestasi, berlomba untuk terus mampu berkompetitif di Negeri ini, menjadi dikenal dan terkenal karena karya dan prestasinya, tak  lagi dipandang miring karena letaknya yang di ujung timur pulau Jawa. mari kita bangun generasi baru yang smart dan  sehat, mengutamakan kualitas, mari kita buang jauh-jauh budaya kolutif, mengangkat dosen/pegawai dan sebagainya hanya karena dulu ayah/ibu atau saudaranya pernah juga mengabdi di fakultas ini. rekrutlah orang karena ia memang pantas untuk itu.

Saya sudah tidak sabar, mungkin juga teman-teman saya, bisa juga semua keluarga besar fakultas ini sudah tidak sabar untuk menuai, memanen kerja keras para pendahulu-pendahulu kita.  era baru harus benar benar tercipta, dengan segenap semangat, kerja keras dan doa, mari kita jadikan kampus ini sebagai mercusuar dunia hukum di negeri ini.

Ini bukan hanya tentang saya dan anda. bukan pula tentang dia atau mereka. bukan pula tentang merah, kuning, hijau, hitam atau putih. bukan tentang GMNI, PMII, HMI, HTI atau generasi reformasi progresif. sudah terlalu usang dan banci jika kita masih mengedepankan semangat premodial dan sektarian dalam menanggapi ini. mari kita tanggalkan jas kita masing-masing. saya mengajak anda berbicara tentang sesuatu yang jauh lebih hebat dan dasyat, tentang fakultas kita, tentang negeri ini. sekali lagi, sudah bukan eranya untuk premodial, apakah kita akan tetap memelihara sesuatu yang membuat kita terpecah dan tersekat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun