Kreativitas dituntut lebih tinggi agar mampu menyambut perubahan drastis disaat pandemi. Β Jawabannya adalah kualitas pedagogik.Β
Memang itu, mau apa lagi?. Kedaulatan pedagogik disaat pandemi atau saat pembelajaran daring sangat diuji dan dihabisi. Se ideal apapun seorang guru, meskipun sudah terakui berjejer gelar di belakang namanya kalau pedagogiknya nol putul sudah dipastikan bakalan habis.
Ujungnya, guru hanya bermodal ppt yang hanya disebar melalui grup WA tanpa narasi. Ini ya anak-anak tugas nya dari bapak/ibu guru silahkan download dan dipelajari sendiri ya! besok lusa kita ulangan. Kira kira seperti itu. Wajar kalau setiap kelas daring selalu sepi jika model gurunya seperti ini. Kedaulatan pedagogik model guru seperti ini sangat terancam. Lantas bagaimana?
Kemampuan melakukan personalisasi, titik!. Yah, kemampuan memahami siswa, mengubah komunikasi dengan siswa menjadi lebih komunikatif dan pada akhirnya bermuara pada ciri personal tertentu. Oh, guru gini yah! asik juga ternyata. Meskipun ngasih PPT saja , tapi beliau menyisipkan puzzle yang merupakan intisari materinya.Β
Asik! Kayak main detektif-detektifan. Nah, jika hal ini keluar dari mulut siswa, meskipun daring berjam-jam pun tidak akan terasa. Namun jika pedagogik tidak diakselerasikan dengan baik, maka teknologi model apapun tidak akan efektif bahkan sia-sia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H