Kematian tragis Aldelia Rahma (10) di Padang Pariaman akibat perundungan, dan AR (9) di Subang karena kekerasan teman sebayanya, menjadi tamparan keras bagi kita semua. Dua kasus ini, yang berujung maut, mengungkap betapa mendesaknya upaya untuk mencegah dan menghentikan perundungan di sekolah.Â
Lebih dari sekadar ungkapan duka, peristiwa ini harus menjadi momentum evaluasi mendalam terhadap langkah-langkah pencegahan yang telah dilakukan. Apakah langkah-langkah tersebut sudah tepat dan menyentuh akar permasalahan?
Opini Redaksi Kompas.id, "Mengakhiri Perundungan di Sekolah," dengan tepat menunjuk pada keterbatasan sekolah dalam mengatasi masalah ini. Sekolah, dengan berbagai kendalanya, tidak dapat bekerja sendirian.Â
Keterbatasan waktu—interaksi guru terbatas pada jam sekolah dan perilaku di luar sekolah sulit dipantau—serta sumber daya yang terbatas—kekurangan konselor, tenaga ahli, dan program intervensi—membatasi efektivitas upaya pencegahan di lingkungan sekolah. Lebih jauh, sekolah seringkali menghadapi kendala wewenang dalam menindaklanjuti kasus yang melibatkan orang tua atau lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, pencegahan perundungan membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan peran aktif keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Keluarga memiliki peran krusial dalam membentuk karakter anak, menanamkan nilai-nilai empati, dan mengawasi perilaku anak di rumah dan di luar sekolah.Â
Masyarakat, termasuk teman sebaya dan komunitas, juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan menolak perilaku perundungan. Pemerintah, pada gilirannya, perlu menyediakan sumber daya, pelatihan, dan kebijakan yang mendukung upaya pencegahan di semua level.
Evaluasi menyeluruh terhadap program-program pencegahan yang ada sangat penting. Apakah program-program tersebut sudah efektif? Apakah program tersebut telah menjangkau semua kalangan siswa dan melibatkan semua pemangku kepentingan? Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab dengan jujur dan transparan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Kematian Aldelia dan AR bukan sekadar statistik. Ini adalah tragedi yang harus menjadi titik balik dalam upaya kita bersama untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan bebas dari perundungan.Â
Kolaborasi yang kuat antara sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah, disertai evaluasi yang berkelanjutan dan program yang terukur, adalah kunci untuk menyudahi tragedi perundungan di sekolah. Jangan sampai kita hanya berduka, tetapi tidak bertindak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H