Majunya Pasangan Gubernur – Wakil Gubernur,  Agus harimurti Yudhono dan Sylviana Murni, membuat publik tercengang. Termasuk saya yang minim pengetahuan politik. Bagaimana tidak Agus harimurti yang selama ini tidak pernah muncul dalam berbagai survey politik jelang pilkada DKI, tiba-tiba muncul menjadi calon Pimpinan Provinsi DKI Jakarta yang dikategorikan Provinsi yang pelik dan keras
Awalnya saya terkejut, tetapi  setelah menelaah berbagai informasi melalui beberapa media, perlahan saya mulai memaklumi untuk melayakkan Agus Harimurti Yudhoyono menjadi Calon DKI-1 berpasangan dengan Ibu Sylviana
Pemakluman saya karena memang yang mencalonkannya adalah Partai Demokrat besutan Ayahandanya yang kemudian diamini oleh PAN,PPP dan PKB. Adalah wajar dan biasa jika ke-empat partai meminang Agus Harimurti Untuk  maju menjadi calon DKI-1 dan Agus menerima pinangan itu dengan pertimbangan yang telah matang.
Bagaimana soal kematangan politik dan pengalaman jika sekiranya terpilih?
Sampai disini saya terhibur karena ada pernyataan salah satu petinggi demokrat bahwa meskipun Agus Harimurti belum memiliki pengalaman di bidang politik dan birokrasi, Agus diyakini tetap mumpuni karena didampingi bakal cawagub Sylviana Murni.
 "Agus memiliki pendidikan luar biasa, dia memiliki tiga gelar master, pengalaman di militer juga luar biasa. Mengenai birokrasi, dibutuhkan sosok Sylviana untuk mengimbangi Agus," ujar Waketum Demokrat, Syarifuddin Hasan usai jumpa pers di Puri Cikeas, Bogor, Jumat (23/9/2016).
Melihat sosok Pasangan Ahok – Djarot yang menjadi pesaingnya, saya tidak yakin Agus-Silviana bisa sukses. Tetapi dalam angan saya yang jauh, kemungkinan menangpun masih memungkinkan dan bisa saja terjadi.  Ini pengalaman ketika Jokowi-Ahok  pertama kali diusung dan berhasil menang, dan mematahkan semua hasil survey dan gonjang-ganjing politik.
Bisakah Agus-Sylviana mengulang fenomena Jokowi-Ahok?
Jawabnya tergantung masing2 kandidat seberapa kuat mereka bekerja. Tapi yang pasti jangan  terbuai eforia  bahwa Ahok-Djarot tidak akan terkalahkan. Ini nanti menjadikan sifat takabur dalam diri kita. karena Ahok menjadi  seperti sekarang ini adalah karena faktor JOKOWI dalam Pilkada saat itu. bukan faktor Ahok semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H