Mohon tunggu...
efendi
efendi Mohon Tunggu... Lainnya - felix

Bloggercrony. Single Parent. Kagama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gerbong Empat, Berkembangapi Denganmu

18 Januari 2024   12:06 Diperbarui: 18 Januari 2024   12:19 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Air mancur menari tu" katanya ditengah teriakan para penonton.

"Bagus yak" kataku sambil mengarahkan kamera handphone ke atraksi air yang menari-nari dengan dihiasi berbagai warna dan disoroti gambar yang berdongeng. Sayangnya suara pengantarnya tidak telalu terdengar jelas. Gambar yang seolah bercerita itu ditampilkan juga di gedung tinggi di belakang Plaza Indonesia. Walau agak terusik dengan ibu penggendong bayi yang berdiri lapang tapi aku tetap mengambil gambar atraksi air mancur yang mirip atraksi di Monas.

"Pada duduk sih, jadi makan tempat. Kalo pada berdiri kita bisa sampai depan." katanya sambil menoleh padaku yang ada dibelakang.

Karena posisi jauh dari panggung jadi kita pada tidak tahu hiburan apa yang sedang dipertontonkan di atas panggung. Ada banyak Videotron di setiap penjuru bunderan HI tapi isinya iklan semua. Hanya videotron Plaza Indonesia yang menampilkan gambar panggung tetapi hal itu juga delay karena bukan tayangan langsung. Soundsystem yang kita dengar pun hanya menggema bahkan kalah bersaing dengan suara bar hiburan di Menara BCA.

Karena capek, aku pun duduk ngemper. Belakangku juga sudah duduk dari tadi. Mereka seolah mengajak yang berdiri di depan untuk duduk biar bisa menonton bersama. Maklum saja waktunya masih satu jam lagi ke pergantian hari. Lumayan capek kalau berdiri terus.

"Liat itu ada atraksi drone" katanya sambil menunjuk di atas samping gedung.

"Bagus. Gatutkaca ya" jawabku seraya berdiri lagi karena orang-orang di depan pada berdiri. Mataku tertuju ke arah titik-titik cahaya berwarna yang membentuk tokoh pewayangan sambil mengarahkan handphone.

"Sinyalnya mati," kataku sambil menghela napas panjang.

"Sinyalnya direbutin ribuan orang jadi keok," sahutnya sambil mengatur mode pesawat di handphone-ku.

Selesai atraksi drone, aku kembali duduk. Makin lama, kakiku terasa pegal. Dia pun berusaha untuk duduk di depanku. Sepatu putihnya ternoda bekas genangan air saat nanjak pakai jalan pintas menuju jalan Sudirman. Lengan baju kremnya dia gulung karena terasa panas di kerumunan orang. Aku pun demikian, lengan jaket biruku juga digulung.

.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun