Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Fakultas ILmu Budaya Sastra Inggris mengikuti program Merdeka Belajar yaitu Matching Fund di Desa Plunturan, Ponorogo. Â Kali ini Annastasya Femylia Mahasiswi Sastra Inggris semester 7, menerapkan kegiatan Promosi Wisata yang dibimbing Bpk Bramantya Pradipta,S.Hum.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing Lapangan. Annastasya sebagai mahasiswi Matching Fund ingin berfokus mengangkat popularitas Dusun Cabeyan yang memiliki banyak filosofi yang sangat menarik tentang kenapa dinamakan Dukuh Cabeyan.
Dulu, Dusun Cabeyan ini banyak sekali ditumbuhi pohon cabe puyang (cabe jawa) yang bahkan setiap rumah pasti memiliki pohon cabe. Di setiap pillar dan kayu setiap rumah, pohon cabe tersebut banyak yang merambat menutupi setiap tempat didekatnya. Karena banyaknya pohon cabe tersebut, dusun ini pun diberi nama Dusun Cabeyan. Selain itu, dukuh Cabeyan termasuk Dukuh yang terlatak di dataran tinggi, oleh karena itu udara disana sangat sejuk dan dingin, ditambah lagi banyak pepohonan masyarakat setempat yang lumayan menjulang tinggi hingga menjadikan daerah sekitar menjadi sangat dingin dan sejuk. Tentang penataan setiap rumah yang sangat rapi dan bersih, masyarakat setempat yang sangat guyup bergotong-royong satu sama lain, membuat suasana menjadi hangat seketika.
Nah, selain memiliki suasana yang sejuk dan rindang, Dusun Cabeyan juga memiliki banyak sekali budaya yang bisa kita pelajari. Mari kita simak apa saja yang dapat kita bahas. Pertama yang akan kita bahas adalah tentang cerita rakyat yang ada di Dukuh Cabeyan.
Judul : Pandaian Keris Mpu Josari
Bercerita tentang :
"Mpu josari merupakan seorang pandai besi yang membuat keris. Seperti yang kita tahu keris pada umumnya dibuat dengan cara dipanaskan kemudian ditempa, namun beda dengan mpu josari, beliau membuat keris dengan dipanaskan lalu ditempa menggunakan tangan / ditekan-tekan dengan tangan. kemudian keris yang telah jadi akan dibawa oleh mpu josari ke wadah celupan yang ada di dusun krajan. yang menjadi legenda adalah kayu pikulan yang digunakan oleh mpu josari untuk memikul arang yang digunakan untuk menempa besi ditancapkan ke tanah menjadi sebuah pohon yang hingga sekarang tumbuh besar dan disakralkan oleh masyarakat sekitar.umur pohon saat ini sekitar 400 tahun.masyarakat sekitar sering mengadakan beberapa macam ritual di pohon tersebut seperti saat akan mengadakan hajatan pernikahan untuk melakukan doa-doa disana dengan membawa sesaji yang berisi nasi kokoh dan bunga tujuh rupa.mitosnya, pohon hanya bisa  ditebang oleh orang yang masih memiliki garis keturunan,apabila pohon tersebut ditebang oleh orag diluar keturunan maka orang tesebut akan terkena tula."
Judul : Makam mbah wedono (kyai wedono pulung)
Bercerita tentangÂ
" Mbah Wedono adalah wakil bupati atau perangkat desa yang  membawahi tiga dusun yakni Dusun Sugihan,dusun Suko dan dusun Jaerono desa Plunturan kecamatan Pulung. semasa hidupnya seperti orang di jaman dahulu sebagian orang memiliki kepintaran spiritual dimana mereka dapat mengetahui bahwa kapan dirinya kelak akan meninggal,oleh sebab itu beliau membuat tempat peristirahatan untuk dirinya sendiri yang kini dikenal masyarakat plunturan sebagai "Makan mbah wedono" menurut sesepuh di desa Cabeyan sebelum akhirnya Mbah Wedono dimakam di Cabeyan, beliau beberapa kali telah menggalih liang dibeberapa tempat namun beliau mengalami beberapa kendala. Beliau membuat makam pertama kali didesa pomahan namun kendalanya seperti  banyak air yang tidak bisa kering.kedua membuat makam di desa sugihan juga mengalami kendala yaitu tempat tersebut terdapat banyaknya semut lalu mbah wedono memutuskan untuk membangun makam tersebut di dusun punggul desa plunturan. Makam mbah wedono ini dijadikan tempat ritual seperti nadzar dan hajatan,biasaya jika ingin memiliki keinginan masyarakat sekitar membawa minyak wangi,rokok dan bunga untuk berziarah. Makam mbah wedono ini masih dilestarikan oleh masyarakat sekitar."
Setelah Cerita Rakyat, Dukuh Cabeyan juga mempunya kuliner khas daerah tersebut, Seperti pecel Srondo Kuning, Punten, dan Es Cinde Raos. Dukuh Cabeyan selain mempunyai Cerita Rakyat dan Kuliner yang Khas, Daerah ini juga cukup banyak menyimpan kelompok-kelompok kesenian, Seperti :
- Mudo laras. Mudo Laras sendiri adalah kelompok kesenian karawitan yang ada di  Dukuh Cabeyan kesenian yang paling tua di Dearah Plunturan, yang sudah berdiri lebih dari 50 tahun. Kelompok Senin ini didirikan dengan tujuan untuk mempersatukan dan membantuk keharmonisan masyarakat di Dukuh Cabeyan sendiri.
- Bumbung Laras Suroyo. Â Bumbung Laras Suroyo adalah alat musik yang dibuat sekitar tahun 2006, dibuat oleh warga asli dusun Cabean, beliau Bernama bapak Sabarudin. Nama bumbungan laras suryo diberikan karena semua alat music yang digunakan terbuat dari bamboo dan bamboo yang digunakan merupakan bamboo jawa yang sudah tua.
- Sido Rukun : Sudah berdiri ratusan tahun,merupakan tembang versi islam yang tertulis dalam aksara jawa lalu diterjemahkan ke dalam bahasa latin. sering dibuat untuk berdoa,pengiring manten,dimainkan saat hari suro,nazar,7 bulanan dan mauled nabi.1 kelompok terdiri dari paling sedikit 15 orang,5 penabuh dan 10 pengiring.
Dari apa yang kita baca dari tulisan diatas dapat kita simpulkan bahwa Dukuh Cabeyan mempunyai banyak kebudayaan banyak nilai-nilai norma yang mampu dikembangkan, mampu kita aplikasikan ke kehidupan sehari terus menurus hingga semua orang mengetahui apa apa saja yang ada di dukuh tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H