Mohon tunggu...
femilia Utami Dewi
femilia Utami Dewi Mohon Tunggu... Guru - Guru Cinta Literasi

Guru Pemasaran Guru APHP Suka masak dan Literasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merokok di Kalangan Pelajar: HAM atau HARAM?

29 Oktober 2024   11:00 Diperbarui: 29 Oktober 2024   11:02 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas merokok biasa kita temui di lingkungan sekitar kita. Merokok biasanya dilakukan oleh kaum pria, namun ada juga yang dilakukan wanita. Pelajar pun tak luput dari kebiasaan merokok. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, prevalensi merokok di kalangan remaja mengalami peningkatan yang signifikan dalam satu dekade terakhir. Remaja, yang seharusnya berada dalam masa perkembangan fisik dan mental yang optimal, menjadi kelompok yang rentan terhadap pengaruh merokok. Merokok merupakan sebuah perilaku konsumsi produk tembakau yang melibatkan inhalasi asap rokok. Perilaku merokok adalah suatu aktivitas membakar gulungan kertas yang berisi tembakau untuk menghasilkan asap, kemudian pada saat itu tindakan tersebut dilakukan berulang-ulang sampai rokok habis.

Dari hasil dialog dengan beberapa teman yang biasa merokok, didapatkan beberapa hal yang bisa menjadi renungan bagi para pembaca. Lima orang pria perokok mengakui bahwa mereka memulai belajar merokok sejak masih berstatus pelajar. Ada yang mulai dari SMP dan ada juga yang mulai dari tingkat SMA. Kebanyakan akibat dari pengaruh teman dan lingkungan. Alasan dari perokok pemula karena pertemanan, biar kelihatan gaya dan keren, dan beberapa alasan lain yang memang sesuai dengan jiwa remaja mereka yang berusaha menemukan jati diri mereka.

                Yang menjadi pemikiran penulis bahwa sebenarnya di semua sekolah setingkat SMA ke bawah, pasti ada aturan dilarang merokok bagi semua pelajar. Namun mengapa kejadian awal merokok dimulai saat masih remaja dan berada di bangku sekolah. Dimana letak kesenjangan boleh tidaknya merokok? Berkaitan dengan Hak Asasi Manusia (HAM)-kah ataukah berkait dengan hukum agama mubah, makruh, atau haram dalam merokok. Penulis bukan ingin berdebat, namun ingin sekedar menyampaikan opini tentang fenomena merokok di kalangan pelajar sebagai baan renungan bersama.

Semua jawaban dari teman saya menyatakan bahwa saat merokok mereka mejadi tenang dan bisa menyelesaikan semua pekerjaan dan tugas dengan tuntas. Namun, mereka juga sadar bahaya merokok bagi diri sendiri dan orang lain di sekitar mereka. Jika berada di lingkungan umum yang diminta mematikan rokok mereka masih menghormati hal tersebut. Dan berupaya menghentikan kegiatan merokok secara bertahap jika orang yang mereka sayangi meminta mereka berhenti merokok. Kondisi-kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa perokok masih bisa mengontrol kebiasaan merokok mereka.

Saat dimintai pendapat tentang merokok bagi pelajar. Sebagian menyatakan itu sebagai HAM, yang merupakan kebebasan individu untuk memilih  mau merokok atau tidak dengan segala konsekuensi terkait dana, kesehatan diri pribadi, maupun orang sekitar. Di Indonesia sendiri hukum merokok juga masih menjadi perdebatan walaupun bukan perdebatan sengit. Ada yang mengatakan mubah (boleh), ada yang menyatakan makruh bahkan ada yang menyatakan haram berdasarkan konsekuensi masing-masing. Bagi mereka yang memang tidak merokok. Menyatakan bahwa, mereka lebih nyaman dengan hidup sehat tanpa asap rokok yang membahayakan bagi diri sendiri dan orang sekitar. Nyaman juga secara finansial.

Pilihan merokok atau tidak merokok dengan segala konsekuensinya inilah yang mungkin bisa dijadikan modal dasar seorang pendidik untuk memberikan pencerahan dan pemahaman kepada para pelajar di sekolah. Terlepas dari banyak sedikitnya devisa negara yang diperoleh dari rokok. Kemampuan remaja untuk menetapkan cita-cita mereka di masa depan dan menetapkan pilihan menjadi pribadi seperti apa, inilah yang sangat perlu dibimbing dan diarahkan. Namun tugas berat ini bukan hanya milik pendidik semata. Orang tua, lingkungan, dan juga pemerintah sangat memiliki peran dalam membangun pelajar Indonesia. Kolaborasi keluarga dengan pendidik juga kontrol lingkungan dan pemerintah yang bisa mengantarkan remaja menuju pribadi dewasa yang kemudian memiliki tanggung jawab mutlak terhadap dirinya sendiri. Menjadi pilihan di kemudian hari Merokok atau Tidak Merokok. Mari merenung bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun