Mohon tunggu...
Femi Yuniar Widiastuti
Femi Yuniar Widiastuti Mohon Tunggu... Apoteker - Be Do Have

Seorang peracik obat yang suka berimajinasi ditengah tumpukan laporan praktikum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Perjalanan Hati

25 Februari 2019   21:32 Diperbarui: 25 Februari 2019   22:15 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Hari menawan tak satupun kebahagiaan terlewatkan. Melangkah dengan pasti diiringi semangat berapi-api. Jika kau mengatakan tentang cinta,dia jawabannya. Jika kau bertanya mengenai ketulusan,seutuhnya aku yang punya. Dia tidak seluruhnya sempurna, karena rasa ini menjadi pelengkap kesempurnaannya. 

Biarkan dan biarlah perasaan ini bersenandung ria, berputar dibawah rindangnya ribuan pohon yang sengaja menggugurkan bunganya. Kutimba ilmu karena ingin berilmu, ku mencinta karena ingin dicinta. Disinilah, aku dan kamu bertemu, pada satu titik di suatu masa putih abu-abu. Kamu meminang hatiku tanpa sengaja, mengikatnya kuat-kuat agar tak pernah terlepas. Aku tak pernah melupa akan awalan yang terbentuk sebegitu rupa. Lucunya mereka mendukung kita,bersorak sorai pada akhir-akhir upacara. Melontarkan candaan yang membuatmu bingung perihal itu. Ketidaktauhanmu membuatku malu setengah rasa. Lalu siapakah aku? yang ingin kamu itu.

 Sungguh tidak dapat dipungkiri,bahwa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kamu mulai tau tentang aku dan perasaanku. Aku bahkan tak peduli seperti apa patahan urat maluku saat itu. Yang aku rasakan hanya malu, senang, dan memaksimalkan raut tampak biasa saja. Itulah kemurnian sifat dari kebanyakan kami wanita, karena ingin diperhatikan bahkan jika mungkin dikejar. Semenjak desas desus yang mencatut nama kita terdengar,melangkah gerbang sekolah pun aku tak yakin. Kuingin melipat wajah,membuangnya pergi jauh-jauh agar tak nampak satu spesies tahu keberadaanku. Ketika segalanya terjadi,kepala ini lebih sering menunduk di sekolah, tangan menjadi semakin lincah menggerakkan ujung jilbab menutupi sebagian wajah,kaki juga berjalan tanpa peduli yang didepan. Berubah,bisa dibilang begitu. Dapat apa aku? Mengundur kejadiannya atau mempercepat keadaannya. Sayangnya diri ini bukan penyihir cinta. 

Untaian hari nya berjalan selembut sutra,tanpa lubang atau potongan kerikil yang memperlambat. Satu sabtu amat cantik, tampak dia berbaju batik. Melangkah sembari tersenyum simpul yang seketika itu juga bersiul. Sayang bukan untuk aku senyumnya itu. Lagi dan lagi, satu diantara kerumunan orang memekik,bersorak menyebut namaku. Merah padam diwajah bukan lagi masalah,lari membuatku semakin diketaui,tetap duduk khusyuk menunduk tak mengubah apapun. Dorong mendorong antar siswa kelas kami makin menjadi-jadi, suasana riuh tak keruan. Apa dayaku, semua tau,siswa atau guru-guru,menyana pun tidak sama sekali. Dua dari sekian banyak keindahan sejak bernafas, sanggup membuat jantung menjadi sehat karena harus senam tiap saat. Itulah bagian keindahan dari perjalanan hati mencari cinta sejati. 

-FemyYw

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun