Berdasarkan kedua sisi dan sudut pandang yang telah saya jabarkan di atas, maka para pembaca sekalian dapat melihat bahwa diantara kedua sisi tersebut, tidak ada yang sepenuhnya salah maupun benar. Kedua sudutpandang tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk melindungi hidupmanusia, namun ditempuh melalui pilihan, pikiran, dan pendapat yang berbeda. Saya sendiri juga memiliki pemikiran dan pendapat pribadi mengenai perdebatan ini.
Saya berpendapat bahwa penggunaan embryonic stem cell untuk riset maupun untuk penyembuhan dimana dalam pelaksanaannya harus merusak sel blastula atau janin bukan merupakan pembunuhan. Dengan kata lain saya setuju dengan penggunaan janin untuk mengembangkan stem cell, selama penggunaannya mendapatkan persetujuan dan tidak melanggar hukum yang berlaku. Yang saya maksud dengan 'mendapatkan persetujuan' adalah para peneliti, dokter, dan berbagai orang dari profesi lainmendapatkan persetujuan dari pemilik sel telur dan sel sperma dari janin atau blastula yang akan digunakan untuk penyembuhan maupun riset, dam tentunya tidak melanggar hukum yang berlaku dalam negara yang bersangkutan (diperbolehkan menggunakan sel janin untuk penyembuhan dan riset). Nah, mungkin pendapat saya sama dengan pendapat para pembaca sekalian, namun mungkin juga pendapat saya sama sekali berbeda. Namun, sekali lagi komentar yang saya sampaikan di atas merupakan pendapat, bukan berarti sudut pandang yang lain dari pendapat saya tersebut adalah salah.Â
Daftar Pustaka:
https://stemcells.nih.gov/info/basics/4.htm
https://www.medicalnewstoday.com/articles/323343.php
https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=what-are-stem-cells-160-38
https://www.yourgenome.org/facts/what-is-a-stem-cell
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2563274/
http://pasca.ugm.ac.id/v3.0/prodi/id/30
https://www.eurostemcell.org/embryonic-stem-cell-research-ethical-dilemma
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI